Oleh: Andhika Wahyudiono
Bintangpost : Generasi milenial di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam hal kesempatan karier dan posisi kepemimpinan. Dalam 10 sampai15 tahun terakhir, kecenderungan orang atau karyawan yang menduduki posisi manajerial atau leadership semakin cepat. Hal ini tercermin dari banyaknya generasi muda yang sudah menjadi manajer di sebuah perusahaan dalam waktu yang relatif singkat.
Direktur Daya Dimensi Indonesia, Rainier Turangan menjelaskan, bahwa sekitar 30 tahun yang lalu, dibutuhkan waktu sekitar 15 tahun untuk menjadi seorang manajer. Pada masa itu, manajer umumnya berusia sekitar 40 tahun, dan baru mencapai posisi direktur di usia 50-55 tahun. Namun, saat ini, paradigma tersebut telah berubah drastis. Generasi milenial dapat mencapai posisi manajerial hanya dalam dua hingga lima tahun, bahkan setelah berpindah ke beberapa perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dramatis dalam kesempatan karier dan mobilitas di dunia kerja.
Faktor utama yang mendukung kecepatan generasi muda dalam mencapai posisi manajerial adalah kapabilitas dan pengetahuan yang mereka miliki. Generasi milenial secara umum memiliki pemahaman yang baik dalam hal teknologi dan tren bisnis terkini. Namun, ada satu aspek yang kerap terabaikan, yaitu kebijaksanaan. Menurut Rainier, kebijaksanaan adalah kualitas penting yang harus dikembangkan oleh generasi muda ini.
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/8376/bencana-kekeringan-sebuah-peringatan-yang-harus-diperhatikan
http://bintangpost.com/read/8276/point-of-no-return
Pengembangan kebijaksanaan tidak dapat dilakukan hanya melalui teknologi atau melalui pembelajaran digital. Hal ini membutuhkan human touch dan interaksi langsung dengan mentor atau tokoh senior yang memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih luas. Program-program pengembangan soft skills, seperti mentoring, dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengajarkan kebijaksanaan kepada para pemimpin muda.
Saat ini, para pemimpin yang dihasilkan oleh generasi milenial cenderung menghadapi situasi yang lebih kompleks dan dinamis dibandingkan 25 tahun yang lalu. Perubahan industri dan teknologi yang begitu cepat menuntut para pemimpin untuk memiliki ketangkasan dan kemampuan beradaptasi yang tinggi. Namun, kurangnya kebijaksanaan bisa menjadi hambatan dalam menghadapi tantangan ini.
Untuk itu, Rainier mendorong para pekerja milenial untuk terus mengembangkan diri dan pengetahuan mereka. Program mentoring, seperti yang ditawarkan oleh Rumah Mentor Indonesia (RUMI), bisa menjadi sarana efektif dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan. Melalui mentoring, para pemimpin muda dapat belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan para tokoh senior.
Daya Dimensi Indonesia sebagai konsultan leadership berusaha memberikan sumbangan berarti melalui divisi riset dan pengembangan mereka yang dikenal sebagai Applied Science and Imagination Center (ASIC). Melalui riset yang valid, mereka berharap dapat memberikan wawasan dan insight bagi para pemimpin muda untuk berinovasi dan membuat keputusan terbaik secara efektif.
Namun, Rainier mengakui bahwa riset memerlukan waktu yang panjang, dan ketika hasil riset dikeluarkan, dunia sudah berubah dengan cepat. Oleh karena itu, peran ASIC sebagai divisi riset dan pengembangan adalah krusial dalam menghadirkan pemimpin yang siap menghadapi dinamika dunia yang cepat berubah ini.
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/8364/meraih-kemerdekaan-hakiki
Namun, di balik visi mulia Daya Dimensi Indonesia untuk membentuk pemimpin masa depan yang berfokus pada memajukan kemanusiaan melalui gagasan, kemampuan, dan kepedulian, perlu dilakukan sebuah kritikan untuk mempertimbangkan beberapa aspek yang mungkin perlu ditingkatkan atau dipertimbangkan lebih lanjut.
Pertama-tama, perlu diperjelas lebih detail mengenai apa yang dimaksud dengan "misi bersama untuk memajukan kemanusiaan." Visi yang mencakup misi bersama tersebut harus disertai dengan rencana konkret yang merangkul berbagai sektor dan dampak yang diinginkan untuk kemajuan kemanusiaan. Selain itu, penting untuk mengidentifikasi isu-isu sosial dan kemanusiaan yang menjadi fokus utama dari misi ini, serta bagaimana Daya Dimensi Indonesia berperan dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
Kedua, meskipun visi ini menekankan pentingnya pengembangan kepemimpinan yang bijaksana dan berbasis pada pengalaman, namun aspek lain yang juga tak kalah penting adalah pendekatan yang inklusif dan beragam dalam menghadapi keberagaman generasi milenial. Setiap individu memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda, sehingga perlu adanya pendekatan yang fleksibel dan adaptif dalam mengembangkan kepemimpinan. Visi Daya Dimensi Indonesia seharusnya lebih menekankan pada pendekatan personalisasi dan pemberdayaan untuk memaksimalkan potensi dan keunikan dari setiap pemimpin muda.
Selain itu, visi ini dapat lebih efektif jika dilengkapi dengan strategi konkret untuk menghadapi tantangan masa depan. Tantangan yang dihadapi oleh generasi milenial sangat kompleks dan cepat berubah, termasuk perubahan teknologi, lingkungan, dan masyarakat yang semakin global. Oleh karena itu, penting bagi Daya Dimensi Indonesia untuk mengembangkan strategi adaptasi dan inovasi yang responsif terhadap perubahan dan tantangan yang ada.
Terakhir, visi tersebut harus dilandasi oleh komitmen dan tindakan nyata dalam merealisasikan tujuan tersebut. Hanya memiliki visi tanpa tindakan nyata akan sia-sia belaka. Daya Dimensi Indonesia harus menyusun rencana tindakan yang jelas dan terukur untuk mencapai misi dan tujuan mereka. Selain itu, penting untuk terus melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap pencapaian visi tersebut agar dapat memastikan progres dan dampak yang diharapkan.
Dengan demikian, kritikan ini tidak bertujuan untuk mendorong refleksi dan peningkatan dalam merumuskan dan mengimplementasikan visi tersebut. Dengan mengambil langkah-langkah strategis dan komprehensif, diharapkan generasi milenial dapat benar-benar menjadi pemimpin yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan penuh integritas dan kepedulian terhadap kemanusiaan.
