Marak Tawuran, Bukti Generasi Butuh Sistem Pendidikan Agama yang Kuat

Marak Tawuran, Bukti Generasi Butuh Sistem Pendidikan Agama yang Kuat Foto. Net.

Oleh: LisaMukhlisah

Bintangpost : Krisis moralitas generasi masa kini kian memperihatikan. Secara umum lebih banyak hal yang membuat kita mengelus dada dibanding membusungkan dada. Betapa tidak, hampir setiap hari dalam kasus kriminalitas yang terjadi di negeri ini, sebagian besar pelakunya adalah generasi muda. 

Begitu pun pada kasus tawuran, yang banyak terjadi antar pelajar yang terus menerus terulang. Dengan menggunakan senjata tajam menjadi dominasi mereka, hingga memakan korban jiwa.

Terus berulangnya kasus tawuran menunjukkan bahwa sistem sekuler yang memisahkan kehidupan dengan agama telah melahirkan kebebasan tanpa batas, yang dapat mendorong manusia untuk melakukan segala sesuatu sekehendak hatinya. Tak ada rasa tanggung jawab dan takut akan akibat dari melakukan perbuatan-perbuatan tercela tersebut.

Bahkan hal ini membuat anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung Deni Ribowo angkat bicara bahwa, jika maraknya aksi tawuran yang melibatkan pelajar sekolah harus menjadi perhatian dan atensi Pemerintah Provinsi Lampung untuk bisa melakukan langkah taktis, guna menghilangkan aksi negatif para pelajar.

"Adanya tren tawuran ini karena pelajar mencontoh dari daerah luar. Bisa juga karena adanya ruang kosong anak sekolah, apalagi setelah 2 tahun sekolah di rumah jadi jenuh dan melakukan aksi nekat," ujarnya kepada awak media belum lama ini.

Baca Juga :

http://bintangpost.com/read/7821/akibat-pergaulan-bebas-ancaman-hivaids-terhadap-anak-masih-tinggi

http://bintangpost.com/read/7874/berharap-sejahtera-di-negeri-sendiri

Dan sebagai seorang muslim, tentunya sangat miris dengan fenomena kejadian maraknya tawuran yang didominasi oleh generasi muda saat ini.

Tatanan kehidupan yang jauh dari agama menempatkan keberhasilan intelektual sebagai keutamaan, dan pendidikan agama hanyalah sebagai pendamping saja, bukan merupakan dasar dalam pendidikan baik dilingkungan keluarga maupun di dalam intitusi pendidikan, sehingga muncul generasi yang memiliki fisik matang namun jauh dari ketakwaan, kebingungan akan identitas diri bahkan kehilangan jati dirinya. 

Hal inilah yang mendorong mereka mencari sesuatu atau melakukan sesuatu hal sebagai perwujudan eksistensi diri, tanpa tahu atau perduli bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan sistem pendidikan dalam Islam, yang meletakkan agama sebagai fundamental dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara yang menggunakan sistem Islam. 

Penanaman akidah sejak dini sebagai hamba Allah dilakukan untuk membangkitkan kesadaran dalam dirinya, bahwa sepanjang hidupnya akan terikat dengan syariat yang menjadikannya bertakwa dan memiliki rasa takut kepada Allah yang dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.

Pendidikan life skill, kemandirian dan berdakwah dalam keluarga membantu generasi dalam menghadapi berbagai macam kondisi. Memiliki kemampuan memecahkan permasalahan pribadi maupun masyarakat sesuai syariat. Eksistensi diri yang jelas sebagai muslim yang taat dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.

Kehidupan masyarakat yang penuh keimanan dapat tercipta karena rasa saling taawun, amar makruf nahi munkar. Negara berkewajiban memberikan pendidikan berbasis akidah yang dapat melahirkan generasi yang memiliki pola pikir dan sikap sesuai ajaran Islam yaitu generasi yang tidak hanya cemerlang dalam ilmu dunia namun juga ilmu agama.

Wallahu'alam.









     

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment