Polusi Bikin Udara Tak Sehat, Butuh Penanganan Tepat

Polusi Bikin Udara Tak Sehat, Butuh Penanganan Tepat Foto. Net.

Oleh LisaMukhlisah

Bintangpost : Pemantau udara di Provinsi Lampung, terdapat 51 titik dimana 29 titik diantaranya memiliki kualitas udara tidak sehat dan sisanya memiliki level sedang.

Contoh wilayah yang memiliki udara tidak sehat yakni Bandar Lampung, yang memiliki indeks kualitas udara atau air quality indeks (AQI) di angka 110, Kalianda (112), Kota Bumi (112), dan Punggur (110).

Polusi udara telah terbukti berkontribusi pada masalah kesehatan, termasuk masalah pernapasan, asma yang memburuk, bahkan cacat bawaan. Menurut laporan Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago, polusi udara telah memangkas lebih dari dua tahun harapan hidup rata-rata global dibandingkan efek alkohol, rokok, terorisme, dan konflik.

Di Indonesia sendiri, upaya penanganan masalah lingkungan sebagai rantai penyebab krisis iklim masih bermasalah. Komitmen mengatasi krisis iklim dengan mewujudkan lingkungan bersih masih terkendala baik dari sisi regulasi maupun komitmen masyarakat. 

Baca Juga :

http://bintangpost.com/read/8283/akibat-pergaulan-bebas-hivaids-pada-anak-masih-tinggi

http://bintangpost.com/read/8119/listrik-hak-rakyat-yang-makin-mahal-dan-tak-terjangkau

Sebagaimana ambisi pemerintah, Indonesia berkomitmen melakukan pembangunan berbasis ekonomi hijau. Langkah taktis yang ditempuh antara lain meredam emisi karbon dengan beralih ke penggunaan energi baru terbarukan (EBT), mengurangi penggunaan plastik, pengelolaan sampah, pemenuhan sanitasi sehat bagi masyarakat, dan sejumlah langkah lainnya. 

Sayang, seolah mengurai benang kusut, Indonesia sendiri masih berkutat dengan masalah lingkungan. Ancang-ancang pemerintah beralih ke EBT kontras dengan penggunaan bahan bakar fosil. Target Indonesia melakukan pembangunan berbasis ekonomi hijau pun membutuhkan persiapan matang, sebab pemerintah masih memiliki PR mewujudkan udara bersih bebas dari pencemaran. 

Belum lagi upaya pemulihan ekosistem seperti gambut, hutan, mangrove, yang notabene penyerap karbon yang sangat vital dan melindungi masyarakat dari krisis iklim tak sedikit yang tereksploitasi para korporasi. Selain itu, pengelolaan sampah yang masih bermasalah menambah semrawut penyelesaian pencemaran lingkungan. Menurut Yobel Novian Putra, Koordinator Aliansi Zero Waste Indonesia, selama ini ada kesalahan fokus pengelolaan sampah di Indonesia.

Kapitalisme yang mengutamakan kepentingan korporasi adalah faktor yang menyulitkan niat untuk mewujudkan kelestarian lingkungan. Hasrat meraup keuntungan telah mengerdilkan kesadaran korporasi untuk memperhatikan lingkungan. Alhasil, hutan digunduli, berganti kebun kelapa sawit, sumber daya alam dikeruk, reklamasi dengan dalih pembangunan masif, pengabaian analisis dampak lingkungan dalam pembangunan dan seabrek dosa kapitalis terhadap lingkungan lainnya. 

Jadi, selama negara masih memberikan peluang individu untuk menguasai aset-aset umum, selama itu pula masalah lingkungan senantiasa hadir. Masalah lingkungan bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Karenanya, butuh kebijakan holistik yang mampu menuntaskan masalah lingkungan hingga ke akar-akarnya. Dari tataran individu, masyarakat hingga negara. Sebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada krisis iklim ini bersifat holistik.

Baca Juga :

http://bintangpost.com/read/8339/solusi-islam-mengatasi-kemiskinan

Dalam Islam, menjaga kebersihan udara sebagaimana perintah Allah adalah amanah/mandat penciptaan. Tidak semestinya Indonesia merana terdampak polusi udara akibat eksploitasi besar-besaran kapitalisme. 

Allah SWT berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum [30]: 41)

Dalam hal ini, penguasa memang harus berperan aktif sebagai pengayom dan pengatur urusan umat. Rasulullah SAW. bersabda, 

“Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad)

Langkah strategis yang bisa dilakukan untuk mengatasi polusi udara tentunya berlepas diri dari konvensi-konvensi internasional. Indonesia harus punya sikap politik mandiri. Kepedulian kapitalisme terhadap lingkungan hanya kamuflase penjajahan ekonomi bagi negeri kita ini.

Di samping itu, penting untuk menyeimbangkan faktor industrialisasi dengan konversi lahan agar tidak menyebabkan kerusakan hutan besar-besaran. Urgen sekali menjaga hutan sehingga tetap pada fungsinya sebagai paru-paru dunia. Berikutnya, tidak semestinya menyerahkan lahan sumber daya alam milik publik kepada kapitalis swasta yang hanya fokus pada profit.

Wallahu'alam.











    

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment