BINTANGPOST : Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan, baik dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Dengan mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara, juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya, yang memiliki makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Salah satunya seperti yang baru selesai digelar di Kabupaten Pesawaran. Perhelatan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2021 di kabupaten ini, merupakan salah satu wujud demokrasi warga untuk memilih pemimpin desa.
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/5550/plh-sekdakab-pesawaran-monitoring-pelaksanaan-pilkades-desa-gayau
Namun apakah ini menjadi suatu awal yang baru untuk kemajuan dan peningkatan kesehjateraan masyarakat serta pembangunan di desa, atau justru menjadi jalan baru pemimpin yang hanya ingin memanfaatkan jabatan untuk kepentingan politik. Atau bahkan, hanya untuk kepentingan pribadi, yang ingin menaikan taraf kehidupan sosialnya.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahwa saat ini pemerintah mengelontorkan dana yang besar untuk pembangunan desa melalui Anggaran Dana Desa (ADD). Anggaran ini diberikan sebagai upaya untuk peningkatan pembangunan dan kesehjateraan masyarakat desa.
Dengan pemanfaatan anggaran ini, tentunya menjadi modal besar bagi pemerintahan desa, yang digunakan untuk pembangunan infrakstuktur dan pemberdayaan masyarakat desa.
Namun sudah menjadi rahasia umum, dengan besarnya anggaran desa ini, membuat sejumlah oknum pimpinan (Kades) menyelewengkan anggaran tersebut untuk kepentingan pribadi, dengan dalih untuk pembangunan maupun pemberdayaan. Tapi akhirnya, menjeratnya di ranah hukum dan masuk bui (penjara).
Dan dalam perhelatan Pikades serentak di Kabupaten Pesawaran yang baru selesai ini, banyak calon incumbent (mencalonkan diri kembali) gagal meraih simpati masyarakat untuk memimpin kembali desa tersebut.
Tentunya hal itu menjadi cerminan warga, yang menganggap gagalnya kepemimpinan seorang Kades yang mencalonkan diri kembali. Dan juga ketidakpuasan masyarakat atas capaian pembangunan selama memimpin menjadi kepala desa.
Dan dengan terpilihnya kepala desa yang baru, masyarakat mengharapkan adanya perubahan untuk peningkatan pembangunan di desa. Serta memberikan kepercayaan kepada kepala desa terpilih, untuk membawa desa tersebut ke arah yang lebih baik lagi.
Masyarakat saat ini, membutuhkan kerja nyata dari seorang pimpinan yang betul-betul ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Mencurahkan segala rencana program yang diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk kemajuan dan kesehjateraan masyarakat.
Tentunya hal ini menjadi tantangan dan beban baru bagi seorang kepala desa terpilih, yang ingin membawa ke arah perubahan yang lebih baik lagi.
Tapi apakah mampu atau tidak, atau justru akan lebih terpuruk lagi..
Tentunya ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat pendukung yang calon nya gagal atau tidak terpilih. Dan juga, sebagian masyarakat berpikir bahwa dalam pelaksanaan Pilkades ini hanyalah merupakan sarana untuk unjuk kekuatan dan kekuasaan individu maupun golongan, yang hanya untuk pemanfaatan atau kepentingan politik semata.
Dan tidak menutup kemungkinan, melalui Pilkades ini, menjadi ajang bagi seorang pimpinan tertinggi baik didaerah maupun pusat, yang ingin mengamankan aset (mata pilih) yang nantinya bisa mendukung dirinya dalam gelaran politik yang lebih besar lagi. Sehingga perhelatan Pilkades tersebut hanya menjadi tolak ukur untuk kepentingan politik.
Namun terlepas dari itu semua, kita semua berharap ini menjadi awal baru untuk kemajuan dan kesehjateraan masyarakat. Dan bagi para calon yang terpilih ataupun yang tidak terpilih, sama-sama membuang jauh sifat egois, saling bergandengan tangan untuk persatuan, dan saling bahu membahu dan bersama-sama melangkah kedepan dalam membangun demi kemaslahatan.
Karena apapun yang terjadi, semua sudah digariskan. Tidak ada pemenang kalau tidak ada yang kalah. Tidak ada kompetisi, jika tidak ada persaingan. Dan jika tidak ada kompetisi, demokrasi tidak akan berjalan. [Doy]