Mimpi si Penjual Mimpi

Mimpi si Penjual Mimpi Ilustrasi (Foto. Net).

Oleh : Pramudita (Wartawan Muka Kusam)

Bandar Lampung (BP) : Seperti berdiri di hadapan kanvas-kanvas masterpiece Affandi, kita sering kali terpukau oleh goresan ekspresif dan warna-warna yang begitu hidup, membawa kita pada dunia penuh emosi. 

Begitu juga musik Beethoven, yang tiap nadanya seolah berbisik langsung ke hati, membangun lanskap batin yang megah. 

Namun bayangkan, jika kita hanya mengagumi permukaannya tanpa memahami emosi yang mendasarinya, tanpa tahu perjuangan dan kedalaman yang melahirkan karya itu. 

Inilah yang terjadi dalam debat Cakada, janji-janji besar seakan sebuah mahakarya yang ditawarkan ke publik. Namun mereka tak benar-benar memahami dasar yang menopang janji itu, yakni dana perimbangan.

Baca Juga :

Layaknya karya Affandi yang berusaha menangkap rasa manusia dengan caranya yang unik dan mendalam, atau simfoni Beethoven yang menggema di jiwa, janji para Cakada sering terdengar begitu menggugah. 

Mereka bicara seolah-olah mereka adalah seniman yang mampu "melukis" daerahnya dengan keindahan dan kejayaan. Namun, tanpa pemahaman akan dana perimbangan dan dana transfer daerah, janji itu tak lebih dari gambaran indah di kanvas yang bisa hancur dalam waktu singkat. 

Apa artinya janji-janji pembangunan yang megah jika mereka tak tahu dari mana alirannya? 

Tanpa pemahaman dana, visi mereka hanyalah bayangan kosong seperti mendengar simfoni Beethoven tanpa memahami iramanya atau meresapi lukisan Affandi tanpa memahami kedalaman emosinya.

Baca Juga :

Di atas panggung debat calon kepala daerah, para kandidat berdiri gagah. Kata-kata mengalir deras, bak air terjun di hutan yang tak pernah surut. Setiap dari mereka menjanjikan perubahan, menjanjikan angin segar yang akan menghempas setiap sudut kota dan desa. 

Tapi ada satu yang terlupa, satu yang sering diabaikan: pemahaman tentang dana perimbangan, tentang dana transfer daerah, tentang darah dan nadi dari setiap janji yang berani mereka teriakkan.

Mereka bicara soal sekolah gratis, jalan mulus, pembangunan berkelas. Namun, ketika disinggung soal dana perimbangan, tak sedikit yang terdiam, terjebak dalam kebingungan. 

Bagaimana bisa seorang calon pemimpin daerah, yang berani bermimpi besar, tak tahu dari mana sumber dananya? Sungguh ironi yang memilukan!. (*)










Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment