Oleh: Pramudita (wartawan bermuka kusam)
Bandar Lampung (BP) : Wakanda, adalah sebuah negeri yang seharusnya menjadi contoh kemajuan dan kesejahteraan di tengah dunia yang semakin gila. Namun kini, hanya menjadi bahan tertawaan. Korupsi, nepotisme, dan keputusan-keputusan konyol, seakan-akan menjadi menu sehari-hari dalam pesta pora mereka yang duduk di atas sana.
Mari kita lihat saja, bagaimana korupsi telah menjadi budaya yang menempel erat di tubuh birokrasi Wakanda. Anggaran besar menguap entah ke mana, proyek-proyek penting tak kunjung selesai. Sementara laporan-laporan tahunan penuh dengan angka-angka fiktif yang hanya indah di atas kertas.
Baca Juga :
Dan setiap kali kita bertanya ke mana perginya uang rakyat, yang ada hanya senyum sinis dan janji-janji yang sudah basi.
Nepotisme,? Ah, sudah menjadi lelucon yang tidak lagi lucu. Di negeri ini, kemampuan bukanlah syarat utama untuk mendapatkan jabatan, yang penting adalah siapa saudaramu, siapa temanmu, dan siapa yang bisa kau ajak berbagi kue kekuasaan. Tidak peduli apakah mereka mengerti pekerjaannya atau tidak. Hasilnya? Wakanda menjadi ladang subur bagi mereka yang sekadar tahu cara bermain politik dan menjilat, bukan yang benar-benar ingin bekerja untuk rakyat.
Dan tentu saja, kita tidak bisa lupa soal konsensus konyol yang sering diambil para pemimpin kita. Seperti keputusan untuk membangun proyek besar-besaran di daerah yang bahkan belum memiliki akses jalan memadai. Alasannya? Katanya untuk pemerataan pembangunan. Lucu sekali, padahal kita semua tahu di balik itu ada segelintir pihak yang diuntungkan dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal.
Baca Juga :
Wakanda seharusnya bisa lebih baik dari ini. Negeri dengan kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang potensial, seharusnya mampu berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain. Tapi kenyataannya, kita terjebak dalam siklus korupsi, nepotisme, dan konsensus bodoh yang terus berulang.
Dan kita hanya bisa berharap, semoga mereka yang berkuasa suatu hari nanti sadar bahwa negeri ini bukan milik segelintir orang, tapi milik semua warga yang hidup di dalamnya.
Jika tidak, mungkin Wakanda hanya akan tinggal nama, tenggelam dalam ironi yang menyedihkan. (*)