Oleh :Putri Cakrawaty
BINTANGPOST : Perceraian di Indonesia ada pada angka yang cukup mengkhawatirkan. Tidak hanya di kota-kota besar, perceraian juga merebak diberbagai daerah di Indonesia. Tercatat di Lampung Barat pada 2019 terjadi perceraian sebanyak 540 kasus. Di kota Bekasi hingga Mei 2019 mencapai 1.739 kasus, sedangkan di Kabupaten Agam Sumatra Barat ada 228 kasus perceraian masuk melalui Pengadilan Agama.
Gugatan perceraian sebagian besar dilakukan oleh para istri. Penyebab perceraian pun bermacam-macam, mulai dari KDRT, masalah ekonomi, perselingkuhan, dll. Perceraian hingga hari ini masih menjadi masalah yang berlanjut dan berulang.
Perceraian, meskipun dibolehkan di dalam islam namun harus diperhatikan, apakah rumah tangga yang dibangun berprinsip aqidah atau tidak, bermotif ibadah atau tidak, karena perceraian akan menimbulkan dampak berkepanjangan bagi seluruh anggota keluarga terutama bagi anak-anak yang menjadi korban perpisahan kedua orangtua. Terbukti banyaknya kasus remaja bermasalah dan terlibat kriminalitas lahir dari sebuah keluarga yang kedua orangtuanya berpisah.
Sistem hidup yang tegak di dunia sekarang ini yaitu Kapitalisme Sekuler memang membuka celah yang lebar bagi munculnya permasalahan dalam keluarga, perekonomian yang semakin sulit, biaya pendidikan, kesehatan, tempat tinggal dan pangan yang amat tinggi membuat suami sebagai kepala keluarga harus berjuang keras dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Tak mencukupinya penghasilan suami membuat istri turut membantu dan harus meninggalkan rumah serta anak-anaknya. Anak-anak tak lagi mendapatkan perhatian dan bimbingan kedua orangtua yang sibuk mencari nafkah.
Kondisi lelah dan penat selama bekerja membuat keharmonisan keluarga terganggu. Suami dan istri bergaul bebas di luar memungkinkan terjadi perselingkuhan, dan seterusnya. Begitulah lingkaran setan yang mencengkram keluarga hari ini.
Islam sendiri sangat memperhatikan ketahanan sebuah keluarga. Islam memastikan delapan fungsi keluarga berjalan agar seluruh anggota keluarga merasakan indahnya syurga dalam keluarga. Islam memastikan terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat berupa terwujudnya sistem pendidikan non komersil, penyediaan sarana kesehatan tanpa biaya, tersedianya lapangan kerja yang luas termasuk kemudahan dalam pemenuhan pangan sandang dan tempat tinggal serta kemudahan-kemudahan yang menjadi hak milik masyarakat umum lainnya sehingga seorang suami tidak akan mengalami kesulitan menjalankan seluruh kewajiban dalam rumah tangganya, kemudian seorang istri dengan tenang menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang Allah bebankan kepadanya yaitu mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya tanpa harus terbebani permasalahan ekonomi yang mengharuskan dirinya untuk meninggalkan rumahnya.
Islam yang merupakan seperangkat aturan yang sempurna tak hanya mengatur permasalahan ibadah semata, Islam memiliki jawaban atas segala permasalahan dalam kehidupan termasuk menjamin ketentraman dan ketenangan dalam keluarga sehingga perceraian yang saat ini begitu mudah terjadi akan terhindarkan jikapun ada maka angkanya sangat kecil, karena apa yang diimpikan sepasang manusia dalam pernikahan yaitu terwujudnya keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah akan tercipta.
Maka dari itu, semestinya kita semua berupaya mengembalikan Islam sebagai aturan hidup, karena tiada yang memahami keterbatasan yang dimiliki manusia kecuali Sang Pencipta manusia itu, Allah SWT.
“...Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka.. Dan waspada lah terhadap mereka, dan jangan sampai mereka memperdayakan Engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah) maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik...”(QS.Al-Maidah;49) (*)
