Oleh : Muhammad Hakiem Sedo Putra
(Tenaga Ahli Hidrologi Forensik)
Bandarlampung (BP) : Sampah masih menjadi pekerjaan rumah yang luar biasa bagi pemerintah dan masyarakat secara umum. Bagaimana tidak, sampah masih menumpuk di tempat-tempat liar, seperti di pinggir jalan di tanah kosong, lapangan, saluran drainase yang membuat saluran drainase tersebut mampet hingga menyebabkan banjir di kala hujan.
Semua permasalahan ini membutuhkan keseluruhan dan pemerintah untuk menangani dan menyelesaikannya. Sebetulnya, sudah banyak dilakukan selama ini, dan dirasa sudah cukup baik. Namun nyatanya, sampah-sampah yang telah dikumpulkan dan di tempatkan di TPS atau TPA baku, ternyata terus menumpuk menumpuk dan volume semakin besar dari waktu ke waktu tanpa ada penyelesaian yang komprehensif.
Nah di sini tentu masyarakat dapat membantu dapat secara pro-aktif dalam berkontribusi banyak bagi lingkungan dalam konservasi lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bersih dan nyaman.
Salah satu hal yang penulis ingin bagikan dengan rekan-rekan pembaca adalah mengenai pengelolaan sampah di rumah. Sampai di rumah, bisa kita pilih antara sampah organik dan anorganik, sampah basah serta sampah kering. Bahkan, jika bisa mengolahnya, sampah basah bisa kita jadikan pupuk.
Salah satu metode yang bisa kita lakukan untuk menjadikan sampah organik menjadi
sampah pupuk misalnya, dengan cara menggali lubang di tanah kosong kemudian kita kumpulkan secara terus-menerus sampah organik yang kita hasilkan di rumah. Nanti seiring waktu berjalan, sampah tersebut akan menjadi tanah, dan tanah ini yang bisa kita manfaatkan kembali untuk pupuk tanaman bunga dan banyak hal lainnya. Karena tanah ini sangat sehat dan kaya akan unsur hara.
Lantas bagaimana dengan sampah anorganik??
Sampah anorganik tadi bisa kita pilah dan kita pisahkan lagi, antara sampah yang memiliki daya beli atau punya nilai jual. Seperti kardus kaleng dan sebagainya, kita kumpulkan jadi satu kemudian kita bisa daur ulang menjadi barang-barang berharga lainnya. Seperti jadi tas, wadah ember dan sebagainya, atau minimal kita bisa sumbangkan nih ke saudara-saudara kita yang keliling sebagai pengumpul sampah dan sebagainya.
Dari seluruh sampah yang kita kumpulkan tadi, berdasarkan pengalaman penulis selama ini mungkin ada sekitar 20% yang tidak bisa dimanfaatkan, tidak bisa jadi pupuk, tidak bisa jadi daur ulang atau bernilai jual. Inilah yang bisa kita buang ke TPS mungkin selanjutnya ditetes
dibakar atau sebagainya.
Dari skema pengolahan sampah seperti ini, tentu tidak ada sampah yang terbengkalai dan menumpuk hingga menjadi penyakit atau benar-benar Zero waste! Zero trash!.
Itulah sedikit sharing dari penulis untuk rekan-rekan lembaca sekalian. Semoga kita bisa menciptakan lingkungan yang bersih sehat dan nyaman, serta menjadi contoh bagi adik-adik kita, anak-anak generasi muda penerus bangsa.