Kesejahteraan Guru Dalam Islam Bukan Hanya Janji

Kesejahteraan Guru Dalam Islam Bukan Hanya Janji Foto. Net.

Oleh: Silvia Anggraeni, S. Pd


Bintangpost : Penjaringan pegawai non-PNS melalui jalur PPPK yang dijalankan pemerintah membuat banyak kekecewaan dan permasalahan dikalangan masyarakat dan pegawai honor. Terutama dibidang pendidikan, banyaknya guru honor yang lulus passing grade sebagai salah satu syarat jalur PPPK, namun tidak jelas nasibnya.

Hal itu tentunya menimbulkan berbagai polemik, serta banyaknya gelaran aksi damai yang dilakukan oleh para guru honor di berbagai daerah, yang menuntut dan meminta pemerintah dapat membuka lebih banyak formasi penerimaan guru honor.

Pasalnya, ribuan guru honor diberbagai daerah yang sudah puluhan tahun mengabdi  dan lulus passing grade, tapi tidak masuk dalam formasi kebutuhan PPPK. Sehingga sampai dengan saat ini, nasib para guru ini tidak jelas seperti apa.

Tentunya tugas berat guru untuk mencerdaskan anak bangsa ini, nampaknya tak berbanding lurus dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan. Sangat sedih jika melihat realita saat ini, ketika seorang yang viral dengan sesuatu yang tak bermanfaat atau sekedar hura-hura, justru mendapatkan apresiasi layaknya seorang pahlawan. Sementara nasib guru yang berjuang demi masa depan bangsa terkesan begitu diremehkan. 

Salah satu tugas negara adalah menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas bagi rakyatnya. Termasuk menjamin kesejahteraan guru yang merupakan ujung tombak dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Sebab dengan tercapainya kesejahteraan, maka kinerja guru dalam mencerdaskan anak bangsa akan lebih optimal.

Jadi tak mengherankan jika Islam sangat memuliakan seorang guru. Sebab menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap insan. Dan tentu saja kewajiban ini tak dapat lepas dari peran guru. Sebab, mustahil jika kita menuntut ilmu tanpa bimbingan seorang guru, itulah alasan mengapa Islam begitu mengistimewakan profesi guru.

Selain itu, Islam juga menempatkan peran guru dalam posisi yang sangat strategis disamping mengemban misi keilmuan, agar peserta didik menguasai berbagai cabang ilmu. Guru juga mengemban tugas suci misi kenabian, yaitu membimbing dan mengarahkan peserta didik menuju jalan Allah SWT, sehingga akan tercipta generasi yang tak hanya cerdas, tapi juga bertakwa.

Dan dalam sistem Islam, kesejahteraan guru sangat dijamin. Pada era Khalifah Umar bin Khattab, guru mendapatkan gaji sebesar 15 dinar, 1 dinar sama dengan 4,25 gram emas. Tentu bukan harga yang sedikit jika dikonversikan ke nilai rupiah saat ini. Hal ini dari segi gaji, sedangkan untuk kebutuhan pokok yang lain sudah dipastikan terpenuhi, sebab dalam Islam kebutuhan pokok seluruh rakyat telah dijamin oleh negara.

Tingginya penghargaan yang diberikan oleh negara Islam pada guru adalah sebagai bentuk penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat, sehingga ilmu pengetahuan kala itu berkembang dengan pesat. Apresiasi negara bagi pengembangan ilmu pengetahuan pun amat luar biasa, karya tulis ilmiah yang dihasilkan para ilmuwan ditimbang beratnya dan digantikan dengan emas. Fasilitas pendidikan seperti sekolah, perpustakaan dan laboratorium pun begitu diprioritaskan.

Inilah totalitas negara dalam mewujudkan pendidikan yang akan mencetak generasi dengan taraf berfikir tinggi, kritis, peduli serta inovatif dan kreatif. Memang butuh dana besar untuk mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas, sehingga diperlukan alokasi anggaran negara yang tepat. Inilah mengapa kesejahteraan guru dalam Islam dapat terwujud. Sebab negara Islam bersungguh-sungguh mengalokasikan anggaran negara bagi perkembangan pendidikan.

Islam memandang bahwa ilmu adalah cahaya yang membebaskan manusia dari gelapnya kebodohan, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Sedangkan guru adalah seorang pahlawan, maka wajib bagi kita untuk memuliakan guru. 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).

Wallahu alam bisshowab






  

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment