Pringsewu (BP) : Para petani yang ada di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu mulai resah, karena tanaman padi disawah mereka terancam gagal panen.
Pasalnya, memasuki awal pertengahan bulan Juli 2022 ini, di sebagian besar areal persawahan yang sudah di tanam padi di beberapa Pekon yang ada di Kecamatan Pagelaran ini sedang mengalami krisis air.
Baca Juga :
Seperti yang di alami para petani di Pekon Gumukrejo, kurang lebih 125 H areal sawah yang menggunakan sistem irigasi tekhnis terancam gagal panen karena mengalami krisis air.
(Tanaman padi yang terancam gagal panen)
Seperti yang diungkap Edi (42) Ketua Kelompok Tani Insan Mandiri Pekon Gumukrejo menuturkan, dari 125 hektar areal sawah yang ada, saat ini hanya sekitar 30 persen yang masih bisa ditanami.
Itu pun, kata dia, dari lahan yang bisa ditanami padi tersebut, membutuhkan pasokan air yang banyak. Mengingat usia tanaman padi masih sangat panjang untuk sampai masa panen.
"Kurang lebih masih sekitar dua bulan lagi sampai panen. Dan kalau kondisinya begini terus dan irigasinya kering, kami bisa terancam gagal panen," ujarnya kepada media ini, Selasa (12/7/2022).
Dia berharap, pihak Pemerintah Kabupaten Pringsewu bisa membantu dan memberikan solusi bagi para petani tersebut.
"Ya mau gimana lagi. Curah hujan sudah jarang, air irigasi juga sering nggak ngalir. Padahal umur tanaman sudah 30 hari. Kalau sudah begini ya kami pasrah saja. Kami hanya berharap, ada bantuan dari pihak-pihak terkait untuk membantu dan mengatasi hal ini," tuturnya.
Semenyara itu, Suparmin (57), selaku Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Kecamatan Pagelaran menerangkan bahwa, kurang lancarnya air di irigasi areal persawahan di pekon tersebut disebabkan curah hujan yang mulai jarang terjadi di hulu.
Sedangkan saat disinggung apakah ada permaslahan sistem pengairan yang terjadi di bendungan Way Tebu, Suparmin tidak menjawab. Dia hanya mengatakan bahwa air yang mengalir melalui irigasi ini sudah tidak bisa memadai untuk mengaliri sawah petani pekon ini.
"Ya mau bagaimana lagi, para petani yang ada di Pekon ini sudah tidak bisa berbuat banyak. Kalau air di areal persawahan yang bagian hulu saja belum mencukupi, kita yang di hilir ya begini keadaannya," ungkapnya. (Wasis)