PRINGSEWU-BINTANGPOST : Ada sisi memilukan yang dialami oleh para pelaku usaha petani ikan air tawar. Pasalnya, harga ikan yang semakin anjlok turun dan harga pakan yang meningkat naik, membuat para petani tersebut terancam bangkrut.
Salah satunya seperti di sentra perikanan air tawar terbesar di Lampung, tepatnya di Pekon Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, dimana sebagian besar penduduk pekon setempat bergerak dibidang usaha ikan air tawar ini, banyak mengeluhkan anjloknya harga ikan.
Dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, keadaan para petani ikan tersebut sangat menyedihkan. Karena harga ikan sangat anjlok turun, jauh dari harga normal. Sehingga usaha yang sudah dijalankan selama ini, terancam tutup karena tidak sesuainya harga jual ikan dengan biaya operasional.
Kepada bintangpost.com, Budi (45) warga pekon setempat yang sudah 20 tahun lebih menggeluti pekerjaan sebagai petani ikan ini mengatakan bahwa, dirinya belum pernah mengalami keadaan yang begitu parah selama 2 tahun terakhir ini.
Dia menjelaskan, untuk menghasilkan satu kilogram ikan lele sehat, dirinya harus mengeluarkan biaya Rp14 ribu, sementara harga ikan di pasaran Rp14 ribu per kilo. Dalam artian, kata dia, para petani tidak memperoleh apapun dari usaha ini.
"Dan kami bahkan rugi. Karena masih ada biaya operasional lainnya seperti bibit dan obat-obatan yang harus kita keluarkan," ungkapnya, Kamis (16/9/2021).
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/5064/kebun-hidroponik-usaha-alternatif-namun-kurang-perhatian-pemerintah
http://bintangpost.com/read/5004/bumdes-ganjaran-alternatif-usaha-mikro-ekonomi-warga-dan-pekon
Hal senada juga diungkapkan Dedi (35) petani ikan lele di Desa Gumukmas Kecamatan Pagelaran, kabupaten setempat. Kepada media ini dia mengeluhkan tetkait pakan ikan yang terus mengalami kenaikan harga.
Sehingga, katanya, dirinya harus benar-benar menyiasati terkait hal itu. Karena jika tidak begitu, dia mengungkapkan bahwa akan mengalami kerugian yang cukup banyak.
"Saya hanya bermain volume, pak. Artinya, saya perbanyak jumlah ikan yang dipelihara, biar ada selisih keuntungan walaupun sedikit," ujarnya.
Sementara itu, dari penelusuran bintangpost.com di toko suplayer pakan ikan, diketahui memang tidak ada sinkronisasi antara harga pakan dan harga jual ikan.
Hendra (52), salah satu pemilik toko pakan ikan di Kabupaten Pringsewu berdalih bahwa, dirinya hanya menjual sesuai dengan harga pasaran.
"Saya cuma dagang pak. Jadi wajar dong kalo cari untung. Kalo soal harga ikan yang nggak sesuai, itu kan hukum pasar," kilahnya.
Hal ini tentunya semakin membuat sulit para petani ikan air tawar ini. Alih-alih untuk meningkatkan ekonomi, justru keadaan para petani ikan air tawar ini semakin terpuruk. Parahnya lagi, tidak ada sedikitpun perhatian dari pemerintah tentang keadaan para petani selama dua tahun terakhir ini. Baik dari regulasi standarisasi harga jual ikan maupun pakan. Dan juga tidak ada kebijakan pemerintah tentang program usaha para petani ini. (wasis)