TANGGAMUS-BINTANGPOST : Sarim (50) warga Pekon Sudimoro Bangun Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus butuh perhatian pemerintah.
Pasalnya, selain menyandang disabilitas dan hidup dibawah garis kemiskinan, sudah puluhan tahun Sarim tinggal di rumah gubuk berukuran 4x6 meter persegi yang beralaskan tanah dan sudah tidak layak huni bersama ibunya yang sudah berumur 80 tahun.
Selain itu, untuk kebutuhan sehari-hari, Sarim hanya mengandalkan keahliannya sebagai tukang jahit yang belum tentu dalam satu minggu ada konsumen yang datang, untuk kebutuhan dirinya bersama ibunya yang setiap harinya.
"Kerjaan saya hanya tukang jahit atau vermak celana, kalau ada orang yang vermak celana atau baju, rata -rata mereka memberi saya upah Rp20 ribu perjahitan. Itupun belum tentu seminggu ada satu," kata Sarim ditemui dikediamannya, Rabu (16/5/2021).
Dengan wajah polos, Sarim mengaku di usianya yang sudah setengah abad ini, mengakui bahwa belum berumah tangga. Hal itu disebabkan rasa minder, karena dirinya tidak normal pada kedua kakinya sejak lahir. Ditambah kehidupannya yang miskin dan harus mengurusi ibunya yang jompo, sehingga rasa ingin punya pasangan hanya ada di angan-angan sebagai mimpi hidupnya.
"Jujur saya pingin punya pasangan, tapi itu hanya angan-angan saja, siapa yang mau sama orang cacat, miskin lagi," tuturnya.
Meskipun begitu, dirinya tetap semangat untuk mengurus ibunya. Karena, katanya, dia tidak memetingkan kehidupannya, dia lebih mementingkan ibunya, dan berharap ibunya tetap sehat serta bisa makan tiap hari.
"Untuk sekarang, buat saya yang penting ibu sehat dan bisa makan setiap hari," tutupnya.
Sementara itu, Chairul Anam selaku ketua BHP Pekon Sudimoro Bangun bersama Babinsa setempat Peltu Supandi yang mengunjungi Sarim, sangat prihatin atas kehidupan Sarim.
Mereka juga menyayangkan tidak adanya tindakan dari pemerintah pekon terhadap warga penyandang disabilitas tersebut, yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dan baru mendapat satu kali bantuan PKH, dan itupun baru tahun ini.
"Dia miskin sudah puluhan tahun, tapi bantuan yang dia terima PKH lansia baru satu kali. Dan itupun baru tahun ini," ujar Chairul Anam didampingi Peltu Supandi.
Bahkan, lanjit dia, keadaannya sangat memprihatikan. Sumur dan PLN numpang dengan keponakannya. Bahkan tanah yang didirikan gubuk sebagai tempat tinggalnya juga cuma numpang pada keponakannya.
"Saya sangat prihatin dengan keadaan Mas Sarim. Dan juga sangat menyayangkan, kenapa pemerintah pekon tidak jeli dan tanggap atas warganya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan seperti Mas Sarim ini. Apalagi dia seorang penyandang disabilitas yang sangat butuh perhatian kita bersama," ucapnya. (Hrd)