Banjir Dan Tantangan Keberanian Penguasa

Banjir Dan Tantangan Keberanian Penguasa Foto. Net.

Oleh : Putri.C.Sianturi
BINTANGPOST : Musim penghujan menjadi momok baru bagi bangsa sebesar Indonesia. 
Tahun baru yang dibuka dengan bencana banjir bandang di banyak daerah di Indonesia terutama di pulau Jawa menjadikan banjir menjadi bencana rutin tahunan yang tak terelakkan (jika tidak cepat ditemukan solusi).
Sebagaimana kota-kota di pulau Jawa, Lampung juga menjadi salah satu kota yang sebagian daerahnya mengalami banjir, bahkan titiknya terus bertambah. 
Sebagaimana  data yang disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Bandar Lampung bahwa setidaknya ada 23 titik banjir di daerah kota Bandar Lampung. 
"Angka ini mengalami kenaikan dari sebelumnya hanya terdapat 8 titik daerah yang terkena dampak banjir," jelas  Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (BPBD) Bandar Lampung, Kamis (2/1/2020).
Datangnya curah hujan yang tinggi setiap tahun merupakan siklus alami yang pasti dialami indonesia sebagai negara tropis, maka semestinya bencana banjir bisa diatasi dan diminimalisasi. 
Air harus memiliki tempat resapan juga tempat aliran tersendiri, bukannya mengalir di tempat yang sama dengan kendaraan, lalu  menggenangi pemukiman masyarakat. 
Kota butuh pembangunan sistem pembuangan dan penampungan air khusus yang dapat menampung serta mengalirkan air kotor bekas limbah rumah tangga maupun air hujan ke sungai besar atau laut. 
Sistem  penanggulangan banjir telah dibuat secara apik oleh para penguasa negeri Islam di masa Kejayaan Islam seperti saat Khalifah ketika itu membuat bendungan-bendungan besar sebagai tempat penampung air jika lahan sebagai tanah resapan jumlahnya terbatas yang kemudian dari bendungan tersebut dibangun kincir-kincir air dan dialirkan bagi keperluan irigasi. 
Khalifah juga melakukan perluasan daerah resapan air bahkan hingga memindahkan masyarakat  jika diperlukan dan diberikan kompensasi atas pemindahan tersebut. Pengerukan terhadap sungai juga rutin dilakukan untuk menjaga agar endapan dan sampah tidak mengganggu normalisasi fungsi sungai. 
Demikianlah upaya-upaya para Amirul Mukminin dalam menata kotanya agar terbebas dari banjir dan hingga saat ini tak sedikit yang masih berfungsi.
Hujan yang sejatinya merupakan  berkah bagi manusia seharusnya dapat dimanfaatkan demi kebaikan manusia itu sendiri. Tingginya curah hujan tidak menghantarkan pada bencana banjir jika kita dapat menanganinya dengan baik atas kerjasama dan keinginan semua pihak, baik masyarakat, terlebih penguasa. 
Penguasa yang memiliki wewenang untuk membangun tata kotanya hingga layak huni bagi masyarakatnya. Keberanian penguasa dipertaruhkan, keberanian untuk sanggup menolak tawaran para kapital yang terus ingin menggerus lahan-lahan hijau (yang dapat berfungsi sebagai daerah resapan air) menjadi bangunan komersil, hingga keberanian penguasa mengeluarkan dana yang besar jika harus membangun kotanya secara ulang.
Keberanian untuk mengambil langkah kongkrit demi menjalankan fungsi penguasa,  meri'ayah (mengurusi) seluruh rakyatnya dan menjauhkan mereka dari apapun yang mengancam jiwa, termasuk bencana banjir, sebagaimana sabda Rasulullaah SAW
“Seorang pemimpin adalah Pengurus rakyatnya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya itu..” HR al-Bukhari.
Allahua'lam bisshawwab

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment