MENIMBANG TOLERANSI

MENIMBANG TOLERANSI Net.

Oleh : Ruruh Anjar

BINTANGPOST : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari kata dasar toleran yang berarti menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian, tentang pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya, yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. 

Sedangkan kaum muslim dewasa ini, mengaitkan kata toleran dengan tasamuh yang menurut Kamus Al-Munawir berarti sikap membiarkan (menghargai), atau lapang dada.

Dan dari bahasa Inggris, kata toleransi juga memiliki makna yang senada.

Saat ini, kata toleransi sedang digaungkan secara gencar untuk mereka yang dianggap mau mengadopsi hukum-hukum lain di luar Islam. Salah satu contohnya adalah mengucapkan selamat/ikut serta di dalam perayaan/peringatan hari raya agama lain. 

Namun bagaimana pandangan Islam yang sebenarnya dalam masalah ini.?

Di dalam tafsir Ibnu Katsir, isi surat Al-Kafirun (1—6) menyatakan bahwa kaum muslim berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Implementasinya adalah, kaum muslimin membiarkan orang-orang musyrik ataupun beragama lain melaksanakan ibadah sesuai agamanya. Demikian pula kaum muslimin, dapat melakukan aktivitas agama sesuai keyakinannya tanpa saling mengganggu dan paksaan.

Islam memandang bahwa, mengucapkan dan merayakan hari raya agama lain dilarang untuk dilakukan. 

Ibnu Taimiyah mengatakan, “Kaum muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.”

Pengucapan selamat Hari Raya umat lain, artinya telah memberikan pengakuan terhadap kebenaran agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka.  Oleh sebab itu, jika ada yang mengajak kaum muslimin untuk merayakannya dan menyebut intoleran bagi yang tidak mau mengikuti, maka sejatinya dialah yang intoleran.

Lebih dalam lagi, Allah telah menurunkan Islam sebagai ajaran yang sempurna dan dapat menaungi seluruh ragam masyarakat. Allah menunjukan bahwa, Islam menunjukkan diri sebagai agama yang toleran dalam menghargai keragaman agama, suku, bangsa, dan bahasa.  

Inilah toleransi yang hakiki. Karena Islam bukanlah agama ritual semata, tetapi memiliki aturan-aturan luar biasa dalam semua relung kehidupan. Islam datang ke setiap insan untuk membawa keberkahan dari langit dan bumi.

Hal ini pun telah ditunjukkan oleh Rasulullah, para sahabat, dan generasi sesudahnya selama 13 abad, melalui penerapan syariat Islam secara menyeluruh. Kafir dzimmi dilindungi, dan masyarakat yang majemuk mendapat perlakuan yang adil. 

Begitupun sebaliknya, Islam bersikap intoleran jika terjadi pelanggaran hukum syara’, pengadopsian hukum-hukum/peradaban lain yang berpotensi merusak akidah umat Islam dan kehancuran bangunan Islam, serta terhadap orang-orang yang jelas memusuhi Islam.


Wallahua’lam bishshowwab.

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment