Oleh: Ruruh Anjar
BINTANGPOST : Belakangan ini, beberapa
pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Lampung melalui Dinas Pendidikan setempat
menerbitkan Surat Edaran pelarangan penggunaan dan membawa gawai berkamera di
sekolah. Menurut Kepala Dinas P dan K Kabupaten Way Kanan, Musadi Muharam,
kebijakan ini bukan berarti memutus hubungan komunikasi antara orang tua dan
anak, melainkan untuk kepentingan pelajar itu sendiri karena lebih banyak tidak
baiknya daripada baiknya (lampost.co, 15/10/2018). Upaya ini untuk menanggapi
beredarnya konten tidak bermutu yang ada di media sosial (radarlampung.co.id,
15/10/2018). Di lain pihak, Ketua
Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Tulang Bawang Barat, Elia Sunarto,
mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut kontra produkutif. Ia menyarankan agar larangan membuka gawai
hanya di saat pelajaran berlangsung
(sinarlampung.com, 16/10/2018).
Kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah ini perlu diapresiasi mengingat banyaknya dampak negatif yang timbul dari media sosial apalagi telah tampak adanya pergaulan bebas dan aneka challenge yang membahayakan para siswa. Hanya saja mengingat era komunikasi dan keilmuan kini yang berbasis teknologi, menjadikan kebijakan ini bersifat dilematis. Oleh sebab itu perlu peninjauan dan pembekalan yang mendasar bagi para guru dan siswa terhadap paparan dampak negatif teknologi media tersebut, antara lain:
Memperkuat basis akidah
Tak dapat dipungkiri, agama menjadi faktor terpenting dalam mendasari setiap perilaku. Oleh sebab itu di dunia sekolah hendaknya guru selalu menjadi contoh dan mengedukasi siswanya untuk menyadari bahwa hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Selain itu setiap perbuatan yang dilakukan selalu dalam pengawasan dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Alangkah baiknya jika di sekolah kegiatan keIslaman diperkuat, seperti Rohani Islam (ROHIS). ROHIS ini dapat membantu sekolah untuk menjadi wadah aspirasi dan penempaan siswa agar dapat menjadi generasi terbaik (khoiru ummah) dalam pandangan Islam.
Membatasi penggunaan media sosial
Dengan basis akidah yang kuat tersebut, siswa diajari untuk menyaring konten yang beredar. Mana yang boleh dan mana yang tidak dalam pandangan syara’. Sehingga diamanapun berada, siswa terhindari dari konten-konten negatif. Peran keluarga pun sangat penting dan idealnya bahu membahu dengan pihak sekolah. Keluarga dalam hal ini orang tua turut mengawasi, membimbing, dan membatasi penggunaan gawai hanya untuk sesuatu yang diperlukan. Hal ini tak lain dalam rangka mencetak anak-anaknya menjadi anak yang sholih dan bermanfaat bagi umat.
Mencari
informasi/literasi selain dari media online
Kemajuan teknologi dan informasi yang
begitu cepat tak pelak menuntut kita mencari informasi dari media online.
Walaupun dinilai posistif, namun perlu juga diimbangi dengan pengenalan media
cetak sebagai sumber informasi seperti buku, koran, atau majalah sesuai
kebutuhan. Hal ini untuk mengurangi
ketergantungan pada media online. Selain
itu informasi yang bersumber dari buku-buku, khususnya bidang keilmuan,
biasanya lebih lengkap.
Mengisi waktui dengan berbagai kegiatan positif.
Pelarangan membawa gawai perlu dibarengi dengan pemahaman yang benar dan kegiatan positif. Berbagai kegiatan perlu digalakkan oleh pihak sekolah seperti olahraga, ajang kreasi, kajian kelimuan, jurnalistik, mading, atau hal-hal lain yang dapat menyalurkan energi dan naluri siswa yang sedang berkembang. Penyaluran ini harus sangat hati-hati agar tidak terjebak pada arus yang keliru dan menyimpang dari ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri sangat memperhatikan pendidikan karena menjadi sarana membentuk kepribadian, jiwa, pemahaman, dan pemikiran seseorang yang cemerlang. Pendidikan dilakukan untuk melahirkan generasi tangguh yang siap mendedikasikan dirinya untuk umat. Produk pendidikan dalam khazanah dunia Islam pun diakui oleh dunia luar seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Maryam al Asturlabi, Fathimah al-Fihry, dan lain-lain. Mereka mengikhtiarkan pengembangan ilmu dalam kerangka ridho Allah.
Dengan demikian hendaknya upaya yang dilakukan dalam dunia pendidikan modern saat ini dapat mencontoh pola Rasulullah. Terintegrasi dari individu, keluarga, pihak sekolah, juga masyarakat dan negara dalam satu sistem terpadu. Sistem Islam, yang terbukti mencetak generasi peradaban cemerlang sepanjang masa.
Wallahu a’lam bishshowwab