Pesawaran (BP) : Lembaga Mitra Bentala Provinsi Lampung menggelar diskusi isu perubahan iklim, Pokja pengembangan pembangunan rendah Karbon dan perubahan iklim, yang berdampak pada ketahanan pangan dan lingkungan, khususnya dalam menjaga kondisi alam yang akan berdampak pada perempuan.
Dengan menggandeng steakholder terkait, seperti Dinas P3KP2KB, Dinas Pemerintahan Desa, Dinas Tanaman Pangan, Bappeda, PUPR, dan BPBD Pesawaran, kegiatan tersebut berlangsung di ruang rapat Kantor Bappeda Pesawaran, Senin (23/10/2023).
Selain instansi dan stekaholder terkait, turut hadir dalam acara diskusi tersebut, Kelompok Tani Wanita (KWT) Berlian Desa Trimurjo beserta jajaran Pemdes Trimurjo, Karang Taruna, dan awak media.
Baca Juga :
Pada kesempatan itu, Adhitiya selaku Kepala Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pesawaran menerangkan. Kegiatan diskusi tersebut sebagai upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesawaran bersama Mitra Bentala dalam mencari solusi untuk menghadapi tantangan dan isu-isu perubahan iklim yang saat ini sedang terjadi.
Menurut dia, pemerintah dalam hal ini tidak bisa berjalan sendiri. Tentunya butuh dukungan dari semua pihak, khususnya dalam rangka menjaga alam dan iklim serta cuaca ekstrim.
"Perubahan iklim ini sangat berpengaruh pada program kerja dan pembangunan di Kabupaten Pesawaran. Apalagi saat ini masuk dalam musim kemarau, yang berdampak bagi para petani di desa-desa yang ada karena susah untuk bercocok tanam. Untuk itu dalam diskusi ini, kita bisa bersama-sama saling sharing dan berbagi, dalam mencari solusi," kata dia.
Baca Juga :
Terutama kepada pihak-pihak yang berkaitan atau bersentuhan langsung dengan masyarakat. Seperti KWT, Karang Taruna, Pemerintah Desa, dan juga para awak media. Untuk saling membantu dan memberi pemahaman dan masukan, khususnya dalam menjaga alam dan situasi iklim yang terjadi saat ini, ungkap Adhit.
Sedangkan Direktur Mitra Bentala, Rizani Ahmad menambahkan, kegiatan ini merupakan diskusi dalam menyikapi situasi alam dan iklim yang saat ini sedang berlangsung, khususnya di musim kemarau yang sangat memberikan efek luar biasa, serta berdampak pada ketahanan pangan dan pembanguan sumber daya.
Selain itu, kata dia, tidak hanya berdampak pada krisis pangan, air bersih, dan beberapa hal lainnya, dampak perubahan iklim ini akan sangat berpengaruh pada terhadap perempuan dilingkungan yang rentan.
"Dengan menggandeng kelompok dan komunitas wanita dalam diskusi ini, diharapkan dapat memberikan solusi, khususnya bagi peran perempuan dalam menjaga lingkungan untuk mengatasi perubahan iklim. Sehingga kegiatan ini diharapkan mendapat solusi, dan berdiskusi menyikapi isu-isu perubahan iklim ini. Serta hal-hal apa saja yang harus kita lakukan, dalam menjaga suasana iklim agar tetap terjaga, mulai dari diri sendiri dan lingkungan disekitar kita," ucapnya. (doy)