BINTANGPOST : Hampir dua tahun sudah Covid-19 yang melanda Indonesia, membuat seluruh instansi pemerintah dan swasta melakukan adaptasi. Dan sejak saat itu, hampir semua sektor di negeri ini terusik kemapanannya, dan salah satunya adalah disektor transportasi.
Perusahaan di bidang ini wajib tunduk pada protokol kesehatan (prokes) dan harus melaksanakan 5M, sehingga konsekuensinya adalah kapasitas angkut armada transportasi dan realisasi jumlah penumpang alat transportasi pun menurun.
Tak terkecuali dengan angkutan kereta api. Kondisi ini tentu berpengaruh pada pendapatan perusahaan yang selama ini didominasi dari angkutan penumpang. Sehingga pendapatannya mengalami penurunan yang lumayan cukup besar.
Realisasi jumlah penumpangnya terus turun, dan diperkirakan penurunan akan terus terjadi sampai batas waktu yang belum dapat dipastikan. Penurunan diperkirakan masih akan terjadi pada 2021 yang belum memperlihatkan adanya peningkatan.
Walaupun begitu, kondisi ini tak membuat jajaran PT. Kereta Api Indonesia (KAI) tertekan atau kehilangan semangat dalam menyajikan pelayanan angkutan. PT. KAI selalu memberikan solusi yang terbaik untuk menjaga keberlangsungan operasional, dan menjaga performa bisnis selama pandemi Covid-19.
Baca Juga :
Selain itu, PT. KAI mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menyikapi aturan baru dari pemerintah, dalam menekan virus yang sedang melanda ini. Dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat sesuai kebijakan PT. KAI yang merujuk pada surat edaran Satgas Covid-19 dan Kementerian Perhubungan.
PT. KAI betul-betul memeriksa secara ketat kelengkapan dokumen pengguna jasa kereta api, mulai dari kewajiban melampirkan surat bebas Covid-19 sampai sertifikat vaksin, sesuai aturan baru selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Dan juga terus mengeluarkan kebijakan yang terus adaptif seiring perkembangan Covid-19, sebagai sebuah solusi terbaik demi keamanan dan kenyamanan konsumen.
Pro dan kontra kebijakan PT. KAI dalam menyikapi masa pandemi Covid-19 ini, tentunya menjadi catatan tersendiri bagi perusahaan tersebut. Karena selain untuk keamanan dan keselamatan, PT. KAI juga tetap harus memberi kenyamanan bagi para pelanggan dan karyawannya, agar terhindar dari virus corona.
Selain itu, menjalankan semua sektor kinerja untuk pelayanan dari KAI, tentu sangat penting bagi perusahaan pelat merah tersebut, agar tetap survive di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
"Saya mendukung kebijakan dari KAI ini. Karena memang untuk kenyamanan penumpang. Sehingga saya merasa aman dan nyaman, dan tidak khawatir jika naik kereta," ujar Rima, warga Bandarlampung saat ditemui di Stasiun Tanjung Karang, yang hendak menuju Baturaja Sumatera Selatan, Minggu (5/9/2021).
Hal senada juga dikatakan Helen mahasiswa asal Kotabumi Lampung Utara yang mengungkapkan bahwa, sangat mendukung kebijakan dari PT. KAI. Hal itu, kata dia, demi menjaga kesehatan dan kenyamanan para penumpang.
Dia juga menghimbau kepada masyarakat, untuk dapat mematuhi dan mendukung aturan yang ditetapkan dan dijalankan oleh PT. KAI. Karena kita sebagai pengguna jasa kereta api, pasti ingin mendapatkan kenyamanan dan kemanan selama berada di kereta api.
"Sukses terus buat kerata api Indonesia. Semoga tambah lebih baik dan maju," ungkapnya kepada media ini.
Meski tetap bergerak mendisiplinkan penumpang agar mematuhi prokes, optimalisasi aset dari pihak manajemen PT. KAI juga terlihat gesit beradaptasi dengan keadaan selama pandemi covid-19. Salah satunya dengan mendorong upaya pengoperasian KA barang, sehingga ada pendapatan ekstra yang bisa di raup untuk penyelamatan perusahaan dan mengkompensasi adanya penurunan pendapatan, yang selama ini pendapatan perusahaan lebih dominan dari angkutan penumpang. Dan optimalisasi KA barang ini tentunya diharapkan menjadi solusi andalan di masa pandemi.
Angkutan barang dari sejumlah adaptasi yang dilakukan untuk mengatasi dampak pandemi terhadap kinerja perusahaan, salah satu yang paling potensial dan prospektif adalah optimalisasi angkutan barang.
Sesuai data di akhir semester I tahun 2021, kinerja angkutan barang KAI terus menunjukkan tren positif. Pada Januari sampai dengan Juli 2021, KAI melayani angkutan barang sebanyak 28,2 juta ton, atau naik 8,9 persen dibanding dengan periode yang sama 2020 lalu, dimana KAI mengangkut 25,9 juta ton barang.
Komitmen "Terus bertumbuh" di masa pandemi juga dibuktikan KAI dengan tetap berprogresnya pekerjaan untuk proyek strategis nasional yang telah diamanahkan Pemerintah kepada KAI, meski di masa pandemi.
Kondisi pandemi memang sedikit banyak mempengaruhi capaian target penyelesaian pekerjaan, namun KAI melakukan upaya maksimal dengan intens berkoordinasi dengan para stakeholders.
Pemantauan dan pengawasan secara langsung tetap dilakukan, dan proses-proses pengujian pun didorong agar dilakukan percepatan. Dengan membentuk Project Management Officer (PMO) yang memantau proyek untuk menjamin kelancaran proyek secara keseluruhan.
Komersialisasi non angkutan juga terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi KAI di tengah pandemi. Bentuknya berupa kerja sama pemanfaatan aset stasiun, sarana, right of way (ROW), non ROW, museum, serta pemanfaatan aset di stasiun oleh masyarakat sebagai lokasi promosi, mini market, gudang, kafe, ATM, dan sebagainya.
Selain itu, kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana dengan menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, mesin perawatan jalan rel dan prasarana penunjang, serta jasa Dipo.
Akan tetapi, janganlah biarkan KAI bekerja sendiri. Mereka perlu dukungan pemerintah sebagai regulator. Ditambah dengan sejumlah stasiun KA di Jawa dan Sumatra yang memiliki lahan luas dan di beberapa tempat juga tersedia bangunan gudang.
Dan hal itu tentunya menjadi peluang yang lebih besar bagi PT. KAI untuk meningkatkan pendapatan melalui kereta api. Tentunya bila pemerintah selaku regulator berpihak pada PT KAI, dengan menerbitkan regulasi, instruksi kepada masyarakat dan dunia usaha, agar sebagian mobilitas barang bisa dialihkan ke kereta api.
Karena PT. KAI memiliki multi keunggulan dengan kereta apinya. Mulai dari mampu mengangkut secara massal, hemat konsumsi energi, hemat pemakaian lahan, ramah lingkungan atau polusi rendah, adaptif dalam perkembangan teknologi, mampu menembus jantung kota, hingga bebas pungutan liar. (Dodoy)