Batik Detector Mampu Mendeteksi Beragam Motif Batik

Batik Detector Mampu Mendeteksi Beragam Motif Batik .

BINTANGPOST: Hardika Dwi Hermawan (25)  mahasiswa S2 - Master of Science in Information Technology in Education (MITE), Facultation, The University of Hong Kong (HKU), dan Purwatmaja Listiadhi Karana (24),  kini mahasiswa S-2 Pendidikan Dasar, UNY, dan  Seivan Ginanta Mahasiswa Ilmu Komputer UGM,  berhasil meraih penghargaan internasional  pada ajang bergengsi International Invention and Innovative Competition (InIIC)  Serries 2" Tahun 2017 di Malaysia. 

Mereka bersama enam temannya kolaborasi mahasiswa UGM, UNY, dan The University of Hong Kong (HKU),  tergabung ke dalam dua tim. Masing-masing berhasil meraih medali perak untuk dua penemuannya, berupa program aplikasi Batik Detector, dan program aplikasi Game Visit Indonesia. Bahkan, untuk program aplikasi Batik Detector sekaligus mendapatkanspecial award.  Ajang bergengsi tingkat internasional ini diikuti 180 tim, dari berbagai negara, diantaranya dari Thailand, Malaysia, Singapura, Hongkong dan Indonesia.

Pimpinan proyek kegiatan itu, Hardika Dwi Hermawan mengatakan, pada ajang InIIC ke 2 itu, pihaknya mengirimkan  dua tim,kolaborasi mahasiswa dari UGM, UNY dan HKU. Setiap tim beranggotakan lima orang, dan Hardika berada di dua tim itu. 

"Jadi ada 9 orang yang berlaga di lomba itu, karena saya berada di dua tim,"ucap Hardika. 

Untuk Batik Detector,  Hardika menjelaskan, merupakan aplikasi berbasis Mobile Phone yang menggunakan teknologi Augmented Reality, yakni teknologi yang menggabungkan lingkungan nyata dengan lingkungan virtual. Melalui kamera HP, aplikasi Batik Detector mampu mendeteksi beragam motif batik yang dapat memunculkan elemen 3D, 2D, anmasi dan video dalam lingkungan nyata. Salah satu contohnya adalah pada film teletubies, yang akan muncul video pada perut tokoh tersebut. Termasuk game Pokomen Go juga menggunakan Augmented Reality (AR).

Batik Detector sendiri kini telah mendapatkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelktual)  dari Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada tahun 2016,  dengan Hardika Dwi Hermawan sebagai pencipta utamanya. 

"Sebenarnya aplikasi Batik Detector sudah lama,  dan saya patenkan tahun lalu,  dan saya sbagai pemegang hak patennya" lanjut Hardika.

Batik Detector sebelumnya telah digunakan dan diujicoba di Sekolah Indonesia Singapore, dimana saat itu Drs. Agus Triyanto,MM.Pd (mantan Kepala SMPN 1 Purbalingga yang sempat menjadi kepala sekolah di Sekolah Indonesia Singapura (SIS), menggunakannya sebagai media pembelajaran yang dapat mempromosikan ragam batik nusantara di Singapore.(rell-aap) 


            


            

Admin

Reporter bintangsaburai.com region Nasional.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment