Pagelaran, (BP) : Slogan "Ekonomi kerakyatan dan kemandirian usaha" yang sering didengungkan dan hampir tiap hari kita dengar, tapi ternyata model usaha sederhana dan ekonomis semacam ini masih minim perhatian dan miskin pembinaan dari instansi terkait.
Seperti yang dialami Hammam Arsyad (20), pemuda lulusan SLTA di Pekon Gumukrejo Pagelaran Pringsewu, yang menekuni budidaya tanaman hidroponik sejak tahun 2018, mengaku sampai sekarang belum pernah mendapat perhatian dari instansi terkait.
Hammam mengatakan pernah mengajukan proposal bantuan untuk UMKM, namun tidak ada jawaban sama sekali.
"Sayang sekali memang jika usaha alternatif kreatif tidak ada dukungan dari berbagai pihak. Sekitar setahun yang lalu mas, saya mengajukan proposal. Itupun karena ada kawan yang menyuruh dan kebetulan saya juga sedang butuh, kalau dapat mau saya belikan peralatan buat atap kebun. Tapi karena nggak ada jawaban, ya akhirnya tanaman saya latih tanpa atap apapun. Biarlah, malah latihan kepanasan dari awal tanam tiap hari sampai panen kuat tahan banting," tuturnya polos kepada bintangpost.com.(Kamis, 14/07).
Hammam mengatakan, pada awalnya dirinya bingung mau memulai usaha apa yang dengan modal sedikit tapi menghasilkan.
Baru pada awal tahun 2018, dengan berbekal uang tabungan sepuluh juta rupiah, serta pengetahuan yang ditontonnya melalui Chanel YouTube, dirinya memulai mengelola tanah halaman didepan rumahnya yang berukuran 5 × 7 meter.
"Saya nggak tau mau belajar sama siapa mas, ya akhirnya tiap hari cari informasi di YouTube tentang ilmu budidaya tanaman hidroponik itu. Alhamdulillah sekarang hasilnya nyata, tanaman seladanya panen seminggu sekali dengan harga berkisar Rp.20.000/kg, ungkapnya kepada media ini.(Wasis)