BINTANGPOST : Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menggelar Studium Generale berjudul “Air Pollution Monitoring and Modelling” menghadirkan Dr. Wesam Al Madhoun, peneliti dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Aula Gedung Kuliah Umum, Rabu (18/9/2019). Ratusan mahasiswa Itera antusias mengikuti kuliah umum yang diisi oleh Dr Wesam Al Madhoun tersebut.
Wakil Rektor Non Akademik Prof. Dr. Sukrasno. M.S. saat membuka kegiatan itu menyampaikan bahwa topik tersebut berkenaan dengan hajat hidup orang banyak sehingga perlu banyak ahli khususnya dari ITERA untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. "Dalam topik yang tengah menjadi isu nasional ini tergambarkan, bahwa udara di negara kita sedang dalam kondisi tidak sehat. Polusi udara sendiri terdiri dari berbagai penyebab antara lain dari alam seperti kebakaran, ataupun buatan seperti gas industri, gas emisi kendaraan, pengelolaan sampah,” kata dia.
Sementara Direktur ITERA International Office (IIO) Acep Purqon, Ph.D mengatakan, permasalahan polusi udara tidak bisa dilakukan hanya dengan perorangan. "Seluruh pihak yakni akademisi, pengusaha, pemerintah, masyarakat serta media harus bersinergi dalam menyelesaikan masalah ini. Khususnya ITERA sebagaimana amanah institusi Pendidikan ITERA yakni ITERA for Sumatera,” ujarnya.
Kedepan lanjut Acep, ITERA dan UTM akan merencanakan pengembangan teknologi untuk monitoring dan pencegahan. Selain itu Studium Generale ini dilaksanakan dalam rangka menjajaki kerjasama, staf / student exchange.
Sementara itu Dr. Wesam menyebutkan, polusi udara merupakan silent killer. Sekitar 7 juta orang di dunia meninggal karena persoalan tersebut. Dampak yang paling disoroti yakni masalah kesehatan seperti pneumonia, stroke, jantung dan kanker. Dari penelitian yang dilakukan, dampak tertinggi udara yang tidak sehat dirasakan oleh anak-anak, kemudian wanita dan pekerja lapangan. Seperti yang terjadi di kota Riau dan Palangkaraya. Ia memaparkan daerah tersebut memiliki kondisi udara yang benar-benar serius dan harus segera ditindaklanjuti. "Sebagai akademisi, hal yang dapat kita lakukan yakni mengedukasi masyarakat bahwa udara yang sehat merupakan hak setiap orang. Selain itu, kita juga membantu mengontrol penegakan hukum. Sebagai akademisi dibidang teknologi, kita juga dapat membantu membuat solusi seperti teknologi alternative energi yang lebih efektif, transportasi yang lebih affordable dan aman, serta pemilihan bahan bakar rumah tangga untuk memasak, pemanas maupun pencahayaan,” jelasnya. (dwp)