Menjaga Kestabilan Harga Pangan, Tugas Siapa?

Menjaga Kestabilan Harga Pangan, Tugas Siapa? .

BINTANGPOST : Masyarakat akhir-akhir ini tengah dipertontonkan balada kenaikan harga kebutuhan pokok. Sejumlah komoditi kerap mengalami kenaikan harga hingga memicu kepanikan rakyat, yang menjadi sebuah keunikan tersendiri adalah ketika statemen pejabat terkait menyikapi masalah tersebut yang justru membuat geleng kepala. Himpitan ekonomi yang dirasakan rakyat belum juga terurai, kini ditambah dengan makin meningkatnya beban hidup untuk kebutuhan pokok. Pemerintah yang diandalkan dan diharapkan mampu menghembuskan angin segar di tengah penatnya kesulitan justru mengatakan hal yang di luar dugaan. "Tanam cabai sendiri", inilah contoh pernyataan pemerintah terkait melonjaknya harga cabai. Dan tentu masih ada deretan jawaban unik atas masalah lainnya, hingga muncul paradoks di tengah halayak tentang masalah meroketnya harga telur.  Mereka tak lagi berharap solusi dari pihak pemerintah namun justru khawatir pernyataan untuk "bertelur sendiri" jika mereka mengeluhkan harga telur.

Telur merupakan salah satu alternatif asupan protein yang cukup diandalkan masyarakat. Tak heran jika permintaan akan barang ini selalu tinggi. Kenaikan harga yang ukup tinggi hingga mencapai 9000 rupiah tentu amat membingungkan rakyat berpenghasilan pas-pasan. Pasalnya berdampingan dengan itu ada harga lain yang juga mengalami peningkatan.

Pemenuhan gizi terasa makin jauh panggang dari api.

Inilah derita rakyat dalam sistem demokrasi, terlihat jelas kepentingan penguasa sangat tak mempedulikan urusan rakyat. Kesejahteraan rakyat makin jauh tak tergapai. Kesulitan demi kesulitan terus menghampiri. Pergantian demi pergantian pemimpin dalam sistem ini telah menunjukkan bahwa tak ada perubahan yang berarti dan tak mampu diharap lagi.

Masalah kesejahteraan rakyat serta kecukupan pangan sesungguhnya menjadi urusan negara. Berbeda dengan sistem demokrasi kapitalis ini, Islam telah membuktikan betapa urusan kesejahteraan rakyat amat utama. Negara selalu melakukan upaya optimal dalam pengadaan pangan.

Dalam hal harga pemerintah dalam sistem Islam akan selalu menjaga kestabilannya dengan cara menjaga keseimbangan antara persediaan dan permintaan pasar. Seperti kisah Ummar bin Khotob ketika Hijaz mengalami paceklik hingga harga pangan melonjak,  maka iapun mendatangkan pasokan pangan dari Mesir dan Syiria yang produksinya berlimpah. Keseimbangan pasokan dengan permintaan akan menciptakan kestabilan harga.

Anas bin Malik menuturkan bahwa pada masa Rasulullah saw pernah terjadi harga-harga membubung tinggi. Para Sahabat lalu berkata kepada Rasul, “Ya Rasulullah saw tetapkan harga demi kami.” Rasulullah SAW menjawab:

“Sesungguhnya Allahlah Zat Yang menetapkan harga, Yang menahan, Yang mengulurkan, dan yang Maha Pemberi rezeki. Sungguh, aku berharap dapat menjumpai Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku atas kezaliman yang aku lakukan dalam masalah darah dan tidak juga dalam masalah harta”.  (HR Abu Dawud, IbnMajah dan at-Tirmidzi).

Harga yang ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu hasil kesepakatan tawar menawar antara pembeli dan penjual dalam Islam  memiliki kedudukan yang tinggi. Karena jual beli didalam Islam adalah keridhoan kedua belah pihak atas penetapan nilai jual suatu komoditi. Rasulullah melarang adanya intervensi harga. Adanya asosiasi pedagang memungkinkan terciptanya intervensi harga.  Karna dalam sistem kapitalis ini keuntungan yang menjadi tujuan utama. Dapat dilihat dari fakta bahwa ketersediaan telur mencukupi namun harga melambung tinggi. Demikianlah Islam menuntaskan segala persoalan dengan cara paripurna.  Tak dapat dipungkiri hanya dengan Islam rakyat akan hidup sejahtera. (*)

Oleh : Silvia Anggraeni,  S.pd


Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment