Rahmatan lil 'alamin Dalam Konteks Konstitusi Kenegaraan

Rahmatan lil 'alamin Dalam Konteks Konstitusi Kenegaraan Foto: anggoroap.

BINTANGPOST : Ramadan telah mendidik dan mengajarkan kepada kita banyak hal, agar kelak menjadikan kita pribadi yang bertakwa. Pribadi yang bertakwa akan menghasilkan efek yang sangat kuat, bukan hanya pada diri sendiri (individu) tetapi juga kepada masyarakat (sosial). 

Rektor UIN Raden Intan Lampung Prof.Dr. H. Moh.  Mukri dalam Khotbahnya pada Shalat Iedhul Fitri 1439 H,  di Lapangan Makorem 043 Garuda Hitam Enggal Bandarlampung  juga mengatakan, diantara indikator orang-orang yang bertaqwa dapat mengampuni dosa selain daripada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

"Indikator tersebut Allah berikan sebagai bukti, bahwa takwa bukan hanya melekat kepada diri manusia sendiri, namun juga dapat berefek kepada sekitarnya" terangnya Jum'at (14/6/2018).

Menafkahkan harta,  menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, berbuat kebajikan, lanjut Prof.  Mukri  merupakan bagian dari kesalehan sosial, buah dari ketakwaan. Sementara memohon ampun atas segala perbuatan keji serta tidak mengulanginya lagi merupakan kesalehan individu kepada Tuhannya, yang telah menciptakannya ke alam dunia ini. 

Dengan begitu, lanjut Ketua Tanfidziyyah PW NU Lampung ini,  sejatinya implikasi sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan menghasilkan pribadi-pribadi yang saleh secara individual, sekaligus saleh secara sosial. 

"Kesalehan individual dan kesalehan sosial merupakan indikasi seseorang menjadi pribadi yang bertakwa. Implementasi kesalehan tersebut akan membentuk pribadi yang selalu berorientasi kepada rahmat, memberikan kasih sayang, kepada alam semesta" ujarnya lagi. 

Pada bagian lain khotbahnya Prof.  Mukri juga mengingatkan, Sikap Rasulullah kepada umat yang berbeda agama tersebut mencerminkan Rasulullah menghargai sisi kemanusian. Sikap tersebut merupakan sikap seorang yang humanis. Menjunjung tinggi sisi kemanusiaan. Sikap inilah yang disebut dengan Ukhuwah Basyariyah/ Insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia). 

"Inilah contoh perilaku dan sikap Rasulullah dalam merawat sisi kemanusiaan, sehingga tidak dibenarkan dalam konteks ke-lndonesia-an, melukai umat yang berbeda agama. Sebab lndonesia adalah Negara damai (Darussalam: red). Barangsiapa yang melukai non muslim di Negara yang damai, maka sama saja melukai nabi" Ingatnya lagi. 

Rahmatan lil 'alamin dalam konteks konstitusi kenegaraan juga diterapkan oleh Rasulullah,  salah satunya melalui pencanangan Piagam Madinah. Beberapa pasal dalam piagam tersebut seperti pasal 16, 25, dan 46 dinyatakan bahwa kaum Yahudi yang mengikuti kita berhak mendapat perlindungan dan hak persamaan tanpa ada penganiayaan atas mereka dan tidak ditolong orang-orang yang menjadi musuh mereka. 

"Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi kaum muslimin agama mereka pula. Kaum Yahudi al Aus, sekutu dan diri mereka, memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini" tegas Prof Mukri mengakhiri Khotbahnya (lkwn-aap).

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Bandar Lampung.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment