Pesawaran (BP) : Masyarakat yang tinggal di beberapa desa di sekitar kebun PTPN VII Way Berulu Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merasa resah dengan aktivitas demonstran yang hendak merebut lahan PTPN VII Unit Way Berulu.
Masyarakat banyak yang mengaku terganggu, setiap kali ratusan massa merangsek masuk ke areal kebun karet milik PTPN VII.
"Yang jelas, kalau ada massa yang masuk beramai-ramai dengan speaker keras, lalu banyak polisi yang mengawal mengamankan, kami merasa was-was. Kami nggak tahu masalahnya, tetapi karena melewati dusun kami, otomatis kami takut, lah. Apalagi jalan di tempat kami kan sempit," ujar warga yang tinggal di Dusun Sumbersari, Desa Tamansari, Gedong Tataan, Pesawaran.
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/8257/kisruh-lahan-ptpn-vii-way-berulu-fx-sumarja-buktikan-di-pengadilan
Dia juga mengatakan, bukan hanya dirinya yang merasa resah dan terganggu, puluhan warga juga mengakui hal yang sama. Menurutnya, dirinya yang sudah tinggal sejak lama di Desa Tamansari merasa heran, dengan adanya demo massa yang mengaku sebagai warga Tamansari.
"Kami juga heran, kenapa di media massa mereka mengatas namakan warga Desa Tamansari. Padahal kalau pas mereka lewat, kami tidak kenal dengan mereka. Kalau memang orang Tamansari, paling enggak kan kami kenal," kata dia lagi.
Sementara diketahui, perkembangan kisruh klaim lahan PTPN VII Unit Way Berulu semakin terang. Dari pengakuan warga, peserta demo yang dari desa itu hanya sedikit sekali.
"Kalau saya perhatikan sih memang ada warga sini (Tamansari, red), tetapi jumlahnya nggak sampai 10 persen. Sebenarnya kami nggak rela mereka gunakan nama warga Desa Tamansari. Nama kami jadi buruk di mata orang luar," tuturnya.
Selain terganggu fisik, beberapa warga sekitar yang bekerja sebagai pekerja borong sadap karet di PTPN VII juga kecewa. Jika ada demo dan aksi teror yang dilakukan pelaku demo, mereka tidak berani bekerja karena diancam.
"Kami ini kan pekerja penyadap borong. Jumlahnya banyak sekali dan kami tinggal di seputaran kebun Way Berulu. Ada Desa Tamansari, Kebagusan, Wiyono, dan lainnya. Jadi, ada ratusan orang yang dapat nafkah dari PTPN VII. Kalau mereka datang, otomatis kami tidak berani bekerja," tambah Har (41), warga Tamansari ini.
Mengingat nafkah keluarga para pekerja ini bergantung kepada aktivitas sebagai pekerja di PTPN VII, mereka meminta pihak pendemo untuk tidak mengganggu aktivitas mereka bekerja. Ini sama halnya menutup rezeki para pekerja mencari nafkah.
"Kalau boleh bilang, ini pokok pendapatan kami untuk menghidupi isteri dan anak. Dan yang kami minta, jangan hentikan rezeki kami," tuturnya.
Dalam hal ini, Har meminta aparat keamanan untuk menjamin keamanan dan keselamatan pekerja. Sebab, para pekerja tidak tahu-menahu tentang kasus tanah. Sementara mereka hanya mencari rezeki dari lahan PTPN VII.
"Kami mohon bantuan polisi dan pihak keamanan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan kami. Kalau kami tidak bisa bekerja, siapa yang mau menghidupi keluarga kami," ungkapnya. (red)