Kiprah PLN Ikut Bangkitkan Ekonomi Bangsa

Kiprah PLN Ikut Bangkitkan Ekonomi Bangsa Foto. Ist bintangpost.com.

BINTANGPOST : Electrifying Agriculture (EA) merupakan program yang dijalankan PLN dalam mendukung sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, serta sektor agrikultur lainnya dengan memanfaatkan listrik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional. 

Melalui EA, PLN secara aktif mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Dengan memasifkan pemanfaatan lahan terbuka yang dikombinasikan dengan EA, guna meningkatkan perekonomian masyarakat. 

Program Electrifying Agriculture menjadi lompatan besar bagi sektor Pertanian Indonesia. Program yang digagas PT PLN (Persero) ini, terbukti telah membawa sektor pertanian menjadi lebih maju dan modern dengan peningkatan produktivitas mencapai 3 kali lipat dan efisiensi biaya operasional sebesar 60 persen.

Dengan didukung listrik PLN, saat ini para petani beralih ke alat-alat dan mesin pertanian (Alsintan) berbasis listrik. Para petani berani berinovasi dan memanfaatkan teknologi. Guna mendongkrak produktivitas dan menekan biaya operasional sehingga kesejahteraan kian meningkat.

Seluruh manfaat dari program Electrifying Agriculture ini telah dirasakan banyak petani di penjuru negeri. Bahkan, kisah-kisah tersebut dituangkan dalam buku "Petani Cerdas 4.0: Go Modern, Go Electrifying". 

"Konsep Electrifying Agriculture adalah perubahan gaya hidup para petani untuk berorientasi ke depan. Sehingga sektor pertanian akan lebih maju, ekonomis dan lebih ramah lingkungan. Dalam buku ini ada cerita keberhasilan, pengalaman dan harapan petani dalam memanfaatkan teknologi. Semoga value dan semangat para petani Indonesia dalam Electrifying Agriculture bisa menyebar ke seluruh Indonesia," ujar Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo. 

Manfaat ini bukanlah isapan jempol belaka. Banyak pengalaman kisah para petani yang beralih menggunakan mesin penggilingan padi berbasis energi listrik, sehingga produktivitasnya naik menjadi 5 ton per jam dari sebelumnya 7 ton per hari. 

"Penghasilan petani meningkat tajam. Dan Electrifying Agriculture ini betul-betul sangat membantu para petani," ujarnya.

Baca Juga :

http://bintangpost.com/read/5461/menanti-lompatan-baru-pln-untuk-bangsa

Sementara itu, Direktur Niaga dan Manajemen PLN, Bob Saril menyebut, jumlah petani yang tercatat sebagai pelanggan Electrifying Agriculture ini mencapai 124 ribu petani di seluruh Indonesia. Mayoritas petani beralih menggunakan pompa dan mesin penggilingan padi listrik, dan petani bawang merah mengadopsi teknologi perangkap hama berbasis lampu, petani kebun buah naga menggunakan rekayasa teknologi lampu (light trap), hingga peternak ayam yang menggunakan sistem kandang tertutup (closed house).

"Tentunya PLN berpartisipasi aktif di progam ini untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan produktivitas petani. Kedua hal ini akan memudahkan petani go digital untuk menjual produknya di marketplace," ujar Bob. 

Bob berharap, program ini dapat mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional. PLN pun siap memasok listrik yang andal ke lumbung pangan atau Food Estate yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Kasdi Subagyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dalam hal ini mengapresiasi langkah PLN yang menggagas Electrifying Agriculture. Dia menyebutkan, kolaborasi antara Kementerian Pertanian dan PLN di program ini merupakan salah satu dari lima misi Kementerian Pertanian untuk membangun pertanian modern.

"Kerja sama kami dengan PLN adalah inovasi dan hasil kolaborasi yang sudah terbukti manfaatnya, seperti light trap perangkap hama dan irigasi listrik. Kedepannya, kami berharap PLN bisa menyediakan potensi energi yang  ada di sentra pertanian, seperti energi matahari, air, dan lainnya yang bisa ditransformasikan menjadi energi listrik," ucap Kasdi.

Program EA merupakan lompatan besar yang dilakukan PLN untuk mendukung sektor pertanian, dan berhasil meningkatkan produktivitas dan memangkas biaya operasional petani hingga 60 persen. Sehingga melalui Electrifying Agriculture ini, PLN telah membawa dampak positif terhadap kinerja agrobisnis yang dikelolanya. Sebab tanpa listrik, bisnis yang digelutinya tak mungkin berjalan. Dan program Electrifying Agriculture PLN telah membawa pertanian Indonesia semakin maju, mandiri dan modern.


Diketahui, Per September 2021, jumlah pelanggan yang sudah memanfaatkan program EA mencapai 60.718 pelanggan dengan total daya sambung sebesar 478,96 MVA. Kontribusi PT PLN (Persero) dalam menghadirkan Creating Shared Value atau nilai dan manfaat bersama terwujud dalam program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang dilakukan. Dan melalui program EA ini juga, PLN telah membawa sektor pertanian nasional menjadi lebih maju dan modern melalui pemberdayaan ekonomi komunitas.

Didukung listrik PLN, para petani Indonesia berinovasi dan memanfaatkan teknologi guna mendongkrak produktivitas dan menekan biaya operasional hingga 60 persen, sehingga kesejahteraan kian meningkat.

Salah satu contoh penerapan EA dapat dilihat pada program pengembangan agrowisata hidroponik kelompok tani Alam Hijau Sako Baru di Komplek Alam Sako Baru No.02 RT.009 RW.004 Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako, Palembang. Program budi daya Hidroponik ini memanfaatkan lahan tidur menjadi kawasan produktif.

Dalam mendukung komunitas petani di Sako Baru, PLN mengucurkan dana sebesar Rp75 juta sejak Januari 2021 untuk enam instalasi hidroponik. alat pengemasan sayuran, lantai pijakan, gapura kebun hidroponik, gazebo dan tong sampah. Selain bantuan fisik, PLN juga aktif menambah pengetahuan masyarakat melalui pelatihan pengelolaan budidaya hidroponik.  

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erik Thohir yang hadir meninjau program ini menilai positif upaya PLN mendukung inovasi dan kegiatan produktif dan modern berbasis pemanfaatan energi listrik. Terlebih di tengah kondisi pandemi Covid-19, pemberdayaan ekonomi komunitas diharapkan dapat membantu masyarakat melalui krisis pangan yang diprediksi oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

"Penting sekali dalam situasi pandemi Covid-19 kita jangan terus tertekan atau bertahan, kita harus bangkit. Ekonomi komunitas adalah suatu kunci, karena itu saya senang sekali bagaimana komunitas yang ada di sekitar kelurahan bisa mulai mandiri," kata Erick.   

Program EA yang diusung PLN menurut Erick, sudah sesuai dengan kebijakan TJSL dalam lingkup BUMN yang dituntut untuk semakin efisien. Selain meningkatkan efisiensi, pada tahun ini program TJSL BUMN juga wajib memberikan hasil yang nyata.   

"Kebijakan TJSL BUMN di 2021 hanya 3 aspek, pendidikan, lingkungan dan UMKM, karena kita harus semakin efisien. Jangan sampai TJSL sekedar memberi namun tidak ada hasilnya," tegas Erick.  

Hal senada juga dikatakan Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PLN Muhammad Ikbal Nur yang menyampaikan, seluruh tujuan TJSL PLN adalah membangun ekonomi komunitas. Di samping itu, PLN berharap masyarakat dapat mengembangkan kegiatan yang produktif sekaligus menjaga lingkungannya.

"Buat kami, selain membantu melistriki masyarakat, jika kita mampu mengangkat ekonomi masyarakat pasti akan sangat bermanfaat bagi PLN. Maka dari itu kami memastikan seluruh konsentrasi TJSL PLN harus bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya. 

Sesuai dengan konsep EA, komunitas petani di Sako Baru diajak untuk merubah gaya hidupnya untuk lebih berorientasi ke depan. Sehingga sektor pertanian, peternakan dan perikanan akan lebih maju, ekonomis dan lebih ramah lingkungan. 

"Bantuan TJSL ini sebagai bentuk kepedulian PLN terhadap upaya pemeliharaan lingkungan di sekitar pemukiman masyarakat khususnya di sekitar aliran sungai, sekaligus bisa memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi khususnya di Kelurahan Sako Baru ini," kata Ikbal.

 

Sementara itu, Camat Sako Amiruddin Sandy menceritakan, selama ini lahan dimanfaatkan untuk menanam sayur dan tanaman obat. Berkat bantuan dari PLN berupa perangkat hidroponik, peralatan lampu UV dan yang lainnya, produksi dari komunitas di Kelurahan Sako Baru semakin efisien. 

"Teknologi yang dibawa PLN ini Alhamdulillah sangat bermanfaat," ucapnya.  

Amirudin juga menambahkan, hasil produksi hidroponik ini kemudian dijual secara mandiri ke pasar dan beberapa restoran, serta hotel dalam skala kecil. Selain itu ada juga konversi panen menjadi mie, jus, dan keripik pangsit.  

"Konversi itu akan kita kembangkan lagi dan dijual di beberapa sentra UMKM. Hasilnya nanti dibelikan bibit lagi dan yang lainnya termasuk pupuk organik, atau penambahan media tanam," kata Amir.


Program EA Membantu Petani Buah Naga

Kenaikanya produksi dan peningkatan omzet melalui program EA PLN ini dirasakan juga oleh Sugiyono, salah satu petani buah naga di Desa Mako, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku yang menjelaskan, dirinya kini beralih memanfaatkan listrik dari PLN untuk meningkatkan produksi buah naganya. 

"Sebelum pakai listrik PLN saya cuma mengandalkan sinar matahari saja untuk penerangan. Alhamdulillah listrik PLN kini sudah menjangkau kebun buah naga kami, kami bisa membuat instalasi pencahayaan lampu untuk menerangi tanaman buah naga dan menciptakan peluang hasil produksi," ujar Sugiono. 


Dia juga menjelaskan, dengan adanya cahaya lampu maka bibit buah naga mendapatkan enviroment yang mendukung pertumbuhannya. 

"Dengan cahaya lampu maka masa pertumbuhan buah naga kami berkesinambungan dan tentu saja dapat meningkatkan omzet kami," kata Sugiono. 

Begitupun dengan senyum kian merekah dari para petani buah naga di Kobisonta, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, usai listrik PLN hadir di kebun mereka. Berkat Program dari PLN ini, hasil panen buah naga kini meningkat hingga 150 persen. 

Sutaji, salah satu petani Buah Naga dari Desa Kobisonta turut merasakan manfaat listrik yang bikin hasil panennya kian meningkat. 

"Alhamdulillah dengan adanya listrik dari PLN di kebun buah naga kami dapat menjadi penerangan di malam hari yang dapat meningkatkan produktivitas dari buah naga kami," ujarnya. 

Sutaji pun mengisahkan, tiap kali panen dari lahan seluas seperdelapan hektare tersebut, dia bisa mendapatkan hasil 100 hingga 200 kilogram (Kg) buah Naga dalam kurun waktu dua bulan. Namun sejak ia mulai ikut program Electriying Agriculture dengan memasang lampu listrik di perkebunan miliknya, volume panenannya bisa bertambah menjadi sekitar 200 hingga 300 Kg. Bahkan suatu waktu, perkebunannya bisa menghasilkan 1 ton buah naga. 

"Tentu saja dengan situasi baru berkat kehadiran listrik PLN ini, makin menambah pula kesejahteraan petani. Omzet saya pun meningkat menjadi Rp25 juta dalam kurun waktu 6 bulan, dari sebelumnya hanya sekitar Rp 10 juta," ungkap Sutaji.

Sementara menurut Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Masohi, I Made Agus Dwi Putra menuturkan bahwa, Sutaji merupakan salah satu petani buah naga di Pulau Seram yang didukung oleh PLN melalui program Electrifying Agriculture. 

Program Electrifying Agriculture merupakan bagian dari semangat transformasi PLN dalam pilar Customer Focus dan Innovative. Kehadirannya meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat indonesia, khususnya di sektor pertanian. 

Dengan program Electrifying Agriculture, PLN terus berupaya untuk mendukung dan memudahkan pelaku usaha sektor pertanian dalam mendapatkan akses listrik. Terlebih untuk mendorong peningkatan produktivitas yang diharapkan mampu mempermudah pengolahan infrastruktur pendukung pertanian, peternakan, dan perikanan. 

"Melalui program Electrifying Agriculture ini, kami terus berupaya untuk membantu peningkatan ekonomi di sektor pertanian, termasuk salah satunya melalui penggunaan listrik untuk peningkatan produksi pertanian buah naga," jelas Made. 

Program Electrifying Agriculture merupakan program peningkatan produktivitas dan efisiensi pelaku pertanian, peternakan, dan perikanan melalui listrik PLN yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat indonesia. 

Inovasi PLN ini kian marak berlangsung di perkebunan buah naga yang ada di Tanah Air. Kesaksian dari banyak petani telah membuat program Electrifying Agriculture menjadi kian diminati karena memberi dukungan solusi peningkatan kesejahteraan bagi petani.


Program Electrifying Agriculture 'SUPER PANEN'

Pasir bukanlah media tanam yang umum digunakan untuk pertanian karena karakteristiknya yang kering dan tidak menyimpan air. Namun di tangan Kelompok Tani Pasir Makmur di Bantul Yogyakarta, pasir berhasil mereka olah sebagai media tanam.

Keberhasilan ini tak lepas dari kreativitas Ketua Kelompok Tani Pasir Makmur Sumarna, yang berbekal pompa berbahan bakar minyak, dia bekerja ekstra mengairi tanaman cabai dan sayuran miliknya agar dapat tumbuh.

Kini Sumarna bisa semakin efisien dengan usahanya bercocok tanam dan dapat menambah rezeki yang mengalir. Biaya penggunaan energi untuk pompa pengairan pun turun hingga 82 persen, berkat PT PLN (Persero) yang hadir melalui Program Electrifying Agriculture “SUPER PANEN”.

"Kami sangat mendambakan sekali kehadiran listrik PLN, karena sebelumnya biaya yang dikeluarkan sangat banyak. Apabila kami memakai pompa (BBM), untuk 1 hektar membutuhkan biaya Rp85 ribu sekali siram. Sedangkan pakai listrik PLN, biayanya Rp15 ribu," ungkapnya. 

Sumarna menambahkan, tak hanya penghematan biaya yang diperoleh. Dengan mengikuti program Electrifying Agriculture, para petani pun turut berkontribusi terhadap lingkungan yang lebih hijau.

Hal ini karena penggunaan listrik turut mengurangi emisi gas buang dan juga mengurangi polusi suara. Selain itu, PLN juga telah menyambungkan listrik kepada 95 petani lainnya di Pasir Makmur, Bantul, dengan total daya 134.300 VA. Dan ini merupakan salah satu upaya PLN, untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui program Electrifying Agriculture General.

Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, M. Irwansyah Putra mengatakan, program Electrifying Agriculture merupakan bagian dari semangat transformasi PLN. Khususnya untuk memberikan pelayanan kelistrikan yang mudah, terjangkau dan andal untuk para pelaku usaha di bidang agrikultur.

"Program ini bertujuan untuk membantu para petani mengembangkan usahanya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Kami senang melihat keberhasilan petani dalam mengelola sawah mereka dengan memakai listrik PLN," tuturnya.

Irwansyah berharap, ke depan akan semakin banyak pelaku usaha di sektor pertanian yang beralih ke mesin atau peralatan berbasis listrik.


Program Container Farming dan Agro Electrifying di Agroeduwisata

Listrik 24 jam dihadirkan untuk rekayasa lingkungan pertanian melalui metode Container Farming, sehingga mempercepat masa tanam sayuran hidroponik.


PT PLN terus mendorong inovasi dalam meningkatkan produktifitas pertanian. Salah satunya melalui PLN Peduli berikan Bantuan Container Farming dan Grow Light LED Buah Naga, untuk Kelompok Tani Rumpaka yang mengelola pertanian perkotaan di Agroeduwisata Ragunan.

Senior Manager Komunikasi dan Umum PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Ririn Rachmawardini menyampaikan bahwa, program Container Farming dan Agro Electrifying di Agroeduwisata Ragunan memenuhi beberapa aspek dalam Sustainibility Developement Goals (SDGs). Antara lain ketahanan pangan, edukasi, inovasi dan infrastruktur, kota, dan komunitas berkelanjutan, serta kemitraan untuk mencapai tujuan. 

"Sejak bulan Juni, PLN Peduli memberikan pendampingan dan pembinaan kepada Kelompok Tani Rumpaka untuk mengoptimalkan metode container farming dan agro electrifying dengan tujuan agar lebih produktif," ungkap Ririn. 

Ibrahim Ajie, tim pendamping Kelompok Tani Rumpaka menjelaskan metode container farming merupakan metode baru dalam bercocok tanam. Mengedepankan aspek inovasi teknologi dan meningkatkan kualitas sayuran menjadi metode ini sebagai solusi pertanian di tengah perkotaan.

Ajie menjelaskan metode ini membuat sayuran hidroponik lebih cepat panen karena mendapat lingkungan yang terkontrol pencahayaan dan suhunya selama 24 jam penuh. 

"Jadi bedanya, di luar sama container. Pertama lebih steril dan higienis. Karena mereka kan tertutup rapat minim kontaminasi. Kalau di luar kan ada faktor suhu dan kontain baik hama dan penyakit. Jadi bener bener melalui container farming membangun ruang menanam yang steril dan bersih," ujar Ajie.

Ajie menjelaskan untuk bisa menjalankan metode pertanian ini memang sangat bergantung pada listrik. Sebab, untuk bisa merekayasa enviroment seperti cahaya, kelembapan suhu serta pompa air untuk sirkulasi air hidroponik semua bergantung pada listrik. 

Kontainer berisi rak-rak hidroponik yang dilengkapi dengan lampu Grow Light LED sebagai pengatur cahaya dan sinar UV. Selain itu dipasang air conditioner (AC) untuk mengatur suhu dan kelembapan yang sesuai dengan jenis tanamannya. 

"Untuk satu project container farming butuh Lampu LED 10 watt. Kita pakai 240 lampu. Selain itu untuk kebutuhan listrik blower, sekitar 4.000 VA. Untuk AC 1.000 VA. Jadi total 5.500 VA," ujar Ajie. 

Pada udara terbuka, sayuran hidroponik seperti pokcoy mempunyai masa tanam 30-45 hari hingga panen. Sedangkan di dalam kontainer, waktu tanam bisa dipangkas hanya 25-30 hari. 

"Keunggulan metode ini selain kecepatan masa tanam, yaitu tanaman lebih steril bebas hama serangga, serta binatang lainnya yang memakan tumbuhan," ujarnya. 

Tanaman ditanam menggunakan rak hidroponik bersusun sehingga pada luas lahan yang sama akan mendapat hasil yang lebih banyak dibanding menanam langsung di tanah. Dalam menanam, masyarakat tidak bergantung lagi pada musim karena berada di ruangan tertutup yang cahaya dan suhunya terkontrol. Sehingga masyarakat juga bisa menanam berbagai jenis tanaman dari dataran tinggi yang bersuhu dingin. 

PLN Peduli dan Kelompok Tani Rumpaka berkolaborasi dalam menginisiasi Container Farming di Agroeduwisata Ragunan dan menjadi yang pertama di Ibukota Jakarta. Tujuannya, sebagai sarana edukasi masyarakat tentang pertanian berbasis ruangan, terutama kota besar seperti Jakarta yang lahannya mulai terbatas. 

Selain container farming, di Agroeduwisata Ragunan juga dikenalkan Agro Electrifying dengan memanfaatkan Lampu Sinar UV atau Grow Light LED dalam bercocok tanam Buah Naga. Sinar UV yang diperoleh selama 24 jam dari lampu membuat Buah Naga cepat panen. 

Suharini Eliawati, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta  DKI Jakarta, mengatakan bahwa kerjasama ini merupakan perwujudan program Jakarta City of Collaboration, dan tentunya harapannya kerjasama ini dapat berkelanjutan. 

"Ini adalah hasil kerjasama Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas KPKP dengan PLN Peduli. Sebagaimana kita ketahui Jakarta adalah kota Kolaborasi. Ini hasilnya," ujar Suharini. 

Dukungan dari PLN Peduli ini juga mendapatkan apresiasi dan rasa terima kasih dari Hj. Yayat Sumiati selaku Ketua Kelompok Tani Rumpaka. 

"Terima kasih kepada PLN Peduli yang telah memberikan (dukungan) program untuk container farming dan agro electrifying," ungkap Yayat. 

Container Farming di Agroeduwisata Ragunan telah diresmikan menjadi wahana edukasi oleh PLN dan Dinas KPKP Pemprov DKI Jakarta pada 8 Oktober lalu. Masyarakat bisa langsung datang, melihat, serta belajar tentang bagaimana listrik menjadikan pertanian lebih modern dan cepat panen. 

Agroeduwisata Ragunan sendiri merupakan kawasan hijau yang diinisiasi Dinas KPKP Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan telah diresmikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin, sebagai sarana produksi, edukasi, inovasi teknologi, inkubasi bisnis, konservasi lingkungan hingga kawasan wisata yang berada di kota metropolitan, DKI Jakarta. 

Dengan adanya kolaborasi dari PLN Peduli dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas KPKP dapat memberikan nilai lebih dan manfaat edukasi bagi berbagai pihak. Sehingga bisa meningkatkan ketahanan pangan untuk warga Jakarta dan sekitarnya. [Dodi]

Bintangpost.com

Reporter bintangsaburai.com region Nasional.

Administrator

bintangsaburai.com

Leave a Comment