Banyuasin (BP) : Seiring terpenuhinya standar agronomi, semua komoditas yang dibudidayakan PTPN VII terus terpacu. Salah satunya seperti pada komoditas kelapa sawit, dua unit kerja yaitu Unit Bentayan dan Betung Krawo yang berada di Kabupaten Banyuasin di Wilayah Sumatera Selatan ini, menunjukkan kontribusi yang positif.
Nurhidayat, selaku Komisaris Utama (Komut) PTPN VII mengapresiasi kinerja dua unit kerja kebun yang tidak memiliki pabrik itu. Dan untuk memastikan apa yang telah diputuskan manajemen dengan memenuhi semua kebutuhan budidaya terbukti di lapangan, saat dirimya turun ke dua unit kerja ini.
"Saya wajib memastikan bahwa apa yang menjadi kebijakan manajemen dilaksanakan di lapangan dan berdampak sesuai dengan proyeksi. Dan alhamdulillah, usaha tidak mengkhianati hasil," kata Nurhidayat saat meninjau dua unit kerja PTPN VII itu, Senin (23/5/2022).
Baca Juga :
http://bintangpost.com/read/6769/produk-teh-ptpn-vii-raih-tiga-penghargaan
http://bintangpost.com/read/6727/buka-giling-ptpn-vii-target-produksi-gula-112-ribu-ton
Nurhidayat yang hadir disambut oleh SEVP Operation I PTPN VII Budi Susilo, Kabag Ops. I Danil Solikhin, dan beberapa pejabat lainnya ini mengungkapkan. Sejak tahun 2020 manajemen PTPN VII didukung penuh PTPN Holding untuk memenuhi semua kebutuhan agronomis semua unit kerja. Kebutuhan standar seperti pupuk, biaya perawatan, obat-obatan, infrastruktur, dan biaya SDM terus dipenuhi.
Dia pun mengakui, efek positif dari perbaikan agronomis itu tidak langsung seperti pada tanaman tahunan. Dirinya menganggap, dua tahun setelah aplikasi agronomis adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan melihat hasilnya.
"Saya menilai di dua kebun ini sangat positif hasilnya. Jadi, setelah hampir semua aspek agronomisnya kita penuhi, dampaknya akan kelihatan saat ini. Meskipun demikian, saya masih punya catatan bahwa sesungguhnya grafik ini masih bisa didorong naik lagi," ujar mantan Direktur Pelaksana PTPN III Holding ini.
Nurhidayat juga menyoroti banyaknya kendala di lapangan, terutama di Unit Bantayan. Dia melihat langsung bahwa, kebun seluas lebih dari 8000 hektare itu mengalami kondisi “merana” ketika kinerja manajemen secara keseluruhan melambat enam tahun lalu.
"Kami menyadari banyaknya kendala di lapangan, seperti di Bentayan ini. Ini kan kebun terjauh di wilayah Sumsel. Kondisinya juga kurang kondusif beberapa tahun lalu. Makanya, ketika kinerja 2021 sudah mencatatkan laba, itu sudah bagus. Tetapi, untuk tahun 2022 ini harus lebih bagus lagi," ucapnya.
Meskipun demikian, dia meminta seluruh elemen di unit jangan terlena. Kondisi kurang ideal yang dialami beberapa waktu lalu adalah pelajaran berharga agar tidak terulang.
"Realisasi dan potensi di Bentayan ini cukup bagus. Dan setelah melihat di lapangan, memang bagus. Capaian produksi 17,5 ton per hektare saat ini harus terus ditingkatkan menjadi 19 ton per hektare. Capaian laba kebun tahun 2021 mencapai Rp 99 miliar ini cukup bagus," ungkapnya.
Sementara itu, Manajer PTPN VII Unit Bentayan Budi Susanto dalam paparannya menjelaskan, potensi yang ada di Bentayan tahun 2022 ini sangat luas. Dari areal Bentayan 8.635 hektare, dia menuturkan masih banyak potensi yang bisa digali.
"Dari sisi produksi juga masih banyak yang terbuang, dan peluang ini akan kami capai pada tahun ini. Pada tahun 2022 ini, target laba Rp15 miliar, dan hingga saat ini produksi baru tercapai 60 persen. Melihat dilapangan, kami optimistis target akan tercapai," ujar Budi.
Saat ini, lanjut Budi, produksi masih terus meningkat. Ini karena semua sarana prasarana sudah dipenuhi. Dan kinerja produksi sampai dengan Mei 2022, bisa mencapai 102 terhadap RKAP.
"Disisi posisi produktivitas kami juga mengalami peningkatan. Bahkan pernah mencapai 400 ton per hari. Untuk pencapaian kinerja, kami memiliki strategi, yakni pemupukan yang efektif,. Dan tahun ini sudah mencapai 54 persen," terangnya.
Diketahui, penilaian yang sama juga disampaikan Nurhidayat saat melanjutkan kunjungan ke Unit Betung Krawo. Dia mengaku surprised dengan pencapaian Unit Beka (Betung Krawo) yang pada kinerja 2021 lalu mencatat capaian produksi tertinggi di PTPN VII.
"Alhamdulillah, tahun 2021 PTPN VII bisa membukukan laba sebesar Rp143 miliar. Capaian kinerja PTPN VII tahun 2021 ini harus menjadi titik balik meraih kejayaan kembali. Sebab, kita tahun Beka ini adalah kapal induknya sawit PTPN VII," tuturnya.
Sementara itu, Manajer Unit Beka, Syafei Ritonga yang mendampingi Nurhidayat menjelaskan, untuk produksi Semester I diestimasi hingga Mei 2022 sekitar 7.860 ton TBS. Angka ini, kata dia, ekuivalen dengan 90 persen dari RKAP. Dan untuk tandan per pohon mencapai 3,50 dari RKAP 3,99 tandan/pohon.
"Dengan angka yang sudah kami capai ini, kami yakin Unit Beka pada kinerja 2022 ini bisa melampaui RKAP," ujar mantan Manajer Unit Rejosari-Pematangkiwah ini.
Sedangkan menurut SEVP Operation I Budi Susilo menilai, kinerja Unit Bentayan harus ditingkatkan lagi. Tanaman tahun tanam 2008, 2009, dan 2010 yang ada di Unit ini, merupakan tanaman potensial yang harus lebih tinggi protasnya.
"Dengan luas area TM (tanaman menghasilkan) 1.018 hektare ini harus melebihi protas rata rata PTPN VII. TBS yang ada saat ini harus ditingkatkan lagi. Komitmen untuk mencapai produksi 19 ton per hektare harus tercapai," tantang dia.
Dan untuk Unit Betung Krawo, Budi mengingatkan agar potensi sebagai unit produksi tertinggi di PTPN VII harus ditunjukkan dengan kinerja di akhir tahun 2022.
"Perhatian yang diberikan manajemen ke unit Beka cukup banyak. Dan Beka harus menujukkan konsitennya dalan capain produksi, sehingga ada yang tergali. Tidak boleh lagi ada areal yang serut (tumbuh semak), sehingga kebun lebih terlihat bersih dan produktivitas naik," ucapnya. [red/rls]